Rabu, 08 April 2015

Cewek SMU Berjilbab Yang Montok

"Cewek SMU Berjilbab Yang Montok

http://tokoobat55.blogspot.com/

Pada suatu pagi, sekitar pukul 08:30, aku yang sedang suntuk pergi ke sebuah hutan cagar alam kecil di selatan kota. Kota kecil ini sudah ku singgahi sekitar 3 minggu, dan aku masih lumayan betah. Segera kuparkir motor di tempat titipan motor, dan menyusuri jalan setapak masuk hutan yang sekarang sedang sepi karena memang bukan hari libur. Terasa sangat sejuk, pagi hari hiking menikmati rerimbunan pohon pinus di hutan cagar alam itu. Ketika sedang berjalan menikmati kesunyian dan kesejukan hutan, aku melihat sesosok gadis manis berjilbab sedang duduk disebuah bangku dibawah sebuah rumah kayu yang memang disediakan untuk beristirahat. Dari bajunya yang atasan putih dan bawahan rok abu-abu, aku tau kalau dia
adalah seorang siswi SMU. Segera otak kotorku bekerja dan membuat kont0lku naik.
Bayangkan, menikmati mem3k gadis cantik berjilbab pelajar SMU ditengah hutan yang sunyi dan sejuk ini. Segera aku menghampiri dan menyapa sang gadis itu. Yang sedang duduk termangu. “Assalamu'alaikum..” kataku sedikit keras, memang sengaja mengagetkannya.
Gadis berjilbab itu sedikit kaget lalu dengan cepat menoleh kearahku. Wajahnya cantik putih,d engan hidung mancung dan bibir tipis. Kacamata minus bertengger di hidungnya.
“Wa'alaikum salam.. ngagetin aja ihh..” katanya dengan tersenyum kecil.
Suaranya yang lembut, menambah gejolak birahiku. Otakku berfantasi membayangkan suara lirihnya merintih2 karena mem3knya kusodok2 dengan kont0lku. “lagi ngapain?” tanyaku.
Sembunyi2 aku menatap tubuhnya. Sekal untuk seorang siswi SMU. Pantatnya bulat, tubuhnya padat berisi namun langsing, dengan tinggi semampai. Buah dadanya terlihat sedikit mononjol dibalik seragam putih osis lengan panjang dan jilbab putih yang terulur menutupi dadanya.
“lagi ngelamun.” Jawabnya sambil tersenyum manis.
“ngelamunin apa?” tanyaku lagi, memancing pembicaraan.
Sambil semakin mendekat hingga disampingnya. Siswi berjilbab itu memandangku seksama seakan menilai, lalu menjelurkan lidahnya padaku, menggoda. Aku tersenyum. “kenalin, Wawan.” Kataku sambil mengulurkan tanganku.
siswi berjilbab itu tersenyum dan menyambutnya.
“Rina” katanya.
Tangannya yang bersentuhan dengan tanganku terasa sangat halus. “lagi ngapain disini sendirian? Bolos yaa…” kataku mengganggunya. siswi berjilbab itu segera berdiri didepanku.
“iya nih… lagi BT di sekolah..” katanya sambil menggerutu.
“emang kenapa? Habis putus cinta yah?” tanyaku nakal.
“idih… nggak… sekarang jadwalnya olah raga… guru olah raganya rese… sukanya grepe-grepe..” jawab gadis cantik berjilbab siswi Smu itu.
Tangannya sudah dilipat didepan dada, semakin membuat tonjolan buah dadanya terlihat. Hatiku semakin tidak karuan. “tapi diam-diam suka kaaan…” kataku menggoda.
“idiiiih…jijik, tau…” jawabnya sambil sok bergidik.
“eehhh… digrepe-grepe bisa enak lhoo..” kataku terus memancing.
Siswi berjilbab itu hanya tersenyum simpul sambil kembali menjulurkan lidahnya genit. “eh Rin, mau gak, masuk lebih dalem ke hutan? Ada tempat yang buagus banget deh…” kataku.
Padahal aku berbohong.
“yang bener? Ahh, gak mau ah…ntar Rina mau diapa-apain, lagi…” jawabnya, sambil masih tersenyum genit.
“ga papa deh… ayo ikut… diapa-apain kan ga papa kalo enak.” Kataku seolah bercanda.
Padahal otakku sudah memikirkan banyak jurus untuk mendapatkan tubuh gadis cantik berjilbab itu.
“iya deh.” Jawab Rina akhirnya, membuat hatiku seolah meloncat saking
senangnya.
“tapi janji gak diapa-apain yah.” Jawabnya lagi.
“gak kok, ntar tak kasih yang enak- enak″ jawabku lagi.
Akhirnya kami pun berjalan menyusuri jalan setapak sambil bercakap-cakap dan menikmati keindahan hutan. Beberapa lama, setelah kami berada semakin masuk kedalam hutan, kami menemukan lagi sebuah tempat beristirahat. Sebuah batu besar panjang 2 meter, dengan atap dari daun pinus sekedar menahan jika ada hujan. Rina berlari kecil menuju tempat itu dan duduk dubatu itu.
“istirahat dulu, capek..” kata gadis manis berjilbab itu.
“oke.” Kataku sambil duduk disampingnya.
“jadi gak nih, mau yang enak-enak?” kataku kembali memancing.
“gak mau ah.. emangnya Rina apaan..” katanya sambil pura-pura marah.
Aku semakin medekatkan dudukku pada gadis berjilbab bertubuh sekal itu.
“yah, kan Rina cantik.. mas jadi gak tahan..” bisikku ketelinganya yang masih tertutup jilbab. Pelan kuraih tangan kanannya yang halus, lalu kuremas dan kubelai. Gadis cantik berjilbab itu menatapku, namun diam saja. Terlihat wajahnya merah karena malu. Segera siswi berjilbab itu menarik tangannya dan memalingkan tubuhnya agak membelakangiku, karena tatapan sayunya bertemu dengan tatapanku. Pelan-pelan kupeluk Rina dari belakang pelan- pelan. Gadis cantik berjilbab bertubuh sekal itu sedikit berontak. “jangan mas.. Rina gak mau..” bisiknya sambil sedikit berontak.
“ga papa Rina, ntar mas kasih enak…” bisikku ke telinganya yang tertutup jilbab.
Kudaratkan ciumanku di pipi kanannya. Rina masih tegang, mungkin karena tidak pernah dipegang cowok. Apalagi kont0lku yang sudah ereksi dibalik celana jeansku dari tadi, menempel di pantatnya karena aku sudah duduk menkangkang. Kugenggam tangan kirinya dengan tangan kananku, tangan
kiriku memeluknya, sementara bibirmu mulai menciumi pipi dan telinganya. “Ohh..sstt” desisnya.
Aku palingkan wajahnya sehingga aku mudah mencium bibirnya yang mungil, pelan saja dan siswi berjilbab itu mulai menanggapinya. Kupermainkan lidahku dengan lidahnya, sementara kuputar pelan-pelan tubuhnya sampai menghadapku (masih dalam keadaan duduk). Dengan cukup cepat kupeluk mesra dia agar tidak semakin berontak,
kedua tanganku mengelus-elus punggungnya dan terkadang kuremas lembut kedua pantatnya. pantatnya begitu menggairahkan. padat berisi sampai-sampai ingin rasanya meremas dan menciuminya. Kont0lku sudah semakin tegang. Pelan- pelan sambil terus kuciumi gadis SMU berilbab yang sudah pasrah itu, kubuka ritsleting celanaku dan kukeluarkan kont0l besarku. Gadis itu seolah tertegun bingung karena tidak tau apa yang harus ia lakukan. Langsung kubimbing tangannya untuk mengelus- elus dan mengurut seluruh bagian kont0l. Terasa nikmat kont0lku dibelai dan diurut oleh tangan halus siswi lugu berjilbab itu. Kusandarkan Rina pelan-pelan didinding kayu gubuk istirahat itu, bibirku semakin bergerilya di seluruh permukaan wajahnya yang cantik. .
“Ohh, sst..” desahnya, yang semakin membuatku bernafsu.
Dengan bibirku yang tetap aktif, tangan kananku mulai menelusuri badannya, kuelus-elus pundaknya, lalu turun ke dada kanannya, menyusup kebalik jilbabnya, meremas buah dada sekalnya. Kuraba pelan, lalu mulai remasan-remasan kecil, siswi berjilbab itu mulai menggeliat. Buah dadanya terasa kenyal dan kencang, semakin kuperlama remasanku, dengan sekali- kali kuraba perutnya. Tanganku mulai membuka satu- persatu kancing seragam OSIS lengan panjangnya, dan menyusup masuk didalam bajunya, mengelus perutnya dan Rina kegelian. Tanganku yang masih di dalam bajunya, mulai naik kedadanya dan meremas kedua gunung kembarnya, jariku keselipkan dibranya agar menjangkau putingnya untuk kupermainkan. Rina mulai sering medesah,
“Sst.. ahh.. ohh”
Karena branya sedikit kencang dan mengganggu aktivitas remasanku, maka tanganku segera melepaskan semua kancing bajunya dan kemudian kait branya kubuka, sehingga longgarlah segel 2 bukit kembar itu. Bajunya kusingkap kesamping, sementara Bhnya kusingkap keatas, menampakkan keindahan dadanya, putih mulus, kedua putingnya mencuat mengeras ingin dijilati. Sudah saatnya nih beraksi si lidah. Kujilati, kusedot- sedot, kucubit, kupelintir kecil kedua putingnya. Rina mulai meracau tidak karuan manahan nikmatnya permainan bibirku di kedua dadanya. Kubuka baju dan branya sehingga tubuh atasnya hanya tinggal ditutupi jilbab putih membungkus kepalanya yang sengaja tidak kulepaskan. Gairahku semakin meninggi melihat gadis berjilbab yang lugu terengah- engah keenakan kurangsang dengan baju yang sudah terbuka memperlihatkan buah dadanya yang putih ranum menggunung. Tubuhnya yang putih, dua bukit ranum dengan 2 puting mencuat indah, wajahnya memerah, keringat mengalir, ditambah desahan-desahan yang menggairahkan, sungguh pemandangan yang tidak boleh disia-siakan. Kuciumi bibirnya lagi, dengan kedua tanganku yang sudah bebas bergerilya di kedua bongkahan dadanya. Nafas kami menderu menyatu, mendesah. Perlawanan gadis cantik berjilbab tadi sudah tidak terasa lagi. . Untunglah hutan itu sepi, sehingga desahan Rina yang semakin keras tidak membuatku takut ketahuan. Kulepas baju seragamnya dengan sedikit paksaan, kusibakkan jilbabnya sehingga
tidak menutupi dadanya, lalu Kuciumi dan kujilati badannya, mulai dari pundak, turun ke dadanya. Sengaja kujilati bongkahan dadanya berlama- lama tanpa menyentuh putingnya, kupermainkan lidahku disekitar putingnya. Kutempelkan tiba-tiba lidahku ke puting kanannya dan kugetarkan cepat, tangan kiriku mencubit-cubit puting kirinya, Rina semakin kelojotan menahan geli-geli nikmat. Enak sekali menikmati bukit kembar cewek jilbaban. Tangan kananku mulai merayap ke pahanya, yang masih tertutup rok abu- abu panjang, kuelus naik turun, terkadang sengaja menyentuh pangkal pahanya. Terakhir kali, tanganku merayap ke pangkal paha, menyingkapkan rok abu-abu panjangnya keatas sehingga celana dalamnya terlihat. Dengan satu jariku, kugesek-gesek mem3knya yang ternyata sudah basah sampai membekas keluar di celana pendeknya. Kedua kaki gadis berkulit putih berjilbab berwajah lugu itu langsung merapat menahan geli. Tanganku mengelus pahanya dan membukanya, menjalar ke kemaluannya, lalu semua jariku mulai menggosokkan naik turun ke bukit kemaluannya. “Ah udah mass..uhh hmm.. aduuhh.. enakk..”, geliatnya sambil meremas pundakku erat.
Kulumat bibirnya, tanganku mulai menyusup menguak CD-nya, meraba mem3knya. Rina semakin terangsang, dengan desisan pelan serta gelinjang- gelinjang birahi. Tak lama kemudian siswi berjilbab itu mendesis panjang dan
melejang-lejang. Ia menggigit bibir bawahnya sambil matanya terkatup erat, lalu mem3knya berdenyut- denyut seperti denyutan kont0l kalau melepas mani. Rina lalu menarik nafas panjang. Basah mengkilap semua jariku, karena mungkin Rina tidak pernah terasang seperti ini, lalu kujilat sampai kering. “Mas jahat, katanya Rina gak akan diapa-apain..” kata siswi berjilbab bertubuh sekal itu sambil memelukku erat.
“tapi Rina suka kan.. enak kan..” bisikku semakin bernafsu.
Sudah saatnya kont0lku dipuaskan. Kucium bibirnya lembut, kubimbing lagi tangannya untuk meremas dan mengurut kont0lku. Gantian aku yang melenguh dan mendesis, menahan nikmat. Posisiku kini berdiri didepan Rina, kuturunkan celanaku dan kuminta Rina untuk terus memijat kont0lku. “harus digimanain lagi nih?”, tanyanya bingung sambil tetap mengelus-elus batang kejantananku.
Terlihat disekitar ujung kont0lku sudah basah mengeluarkan cairan bening karena ereksi dari tadi.
“Ya diurut-urut naik turun gitu, sambil dijilat seperti menikmati es krim” sahutku.
Ditimang-timangnya kont0lku, dengan malu-malu lalu dijilati kont0lku, ekspresi wajahnya seperti anak kecil. Gadis berjilbab SMU itu pelan-pelan mulai memasukkan kont0lku ke mulutnya dan
“Ahh Rin, jangan kena gigi, rada sakit tuh, ok sayang?”
“Hmm, ho oh”, mengiyakan sambil tetap mengulum kont0lku.
Nah begini baru enak, walaupun masih amatir.
“Yess..” desahku menahan nikmat, terlihat semakin cepat gerakan maju mundur kepalanya.
“Mas, bolanya juga?” tanyanya lagi sambil menyentuh zakarku.
“Iya dong sayang, semuanya deh, tapi jangan kena gigi lho”. Dijilati dan diemutnya zakarku, setiap jengkal kemaluanku tidak luput dari jilatannya, hingga kemaluanku basah kuyup.
“Ahh..ohh..yes..” desahku dengan semakin menekan-nekan kepalanya.
Dimasukkannya batangku pelan-pelan ke mulutnya yang mungil sampai menyentuh tenggorokannya, kont0lku dikulum-kulum, divariasikan permainan lidahnya dan aku semakin menggeliat. Terkadang d siswi berjilbab itu juga menjilati lubang kencingku, diujung kepala kont0l, sehingga aku hampir melompat menahan nikmat dan geli yang mendadak. Dilanjutkannya lagi kocokan ke kont0lku dengan mulutnya. Pelan-pelan kubelai kepalanya yang masih terbungkus jilbab dan aku mengikuti permainan lidah Rina, kugoyangkan pantatku searah. Enak sekali permainan bibir dan lidahnya, Rina sudah mulai terbiasa dengan kejantanan cowok. Akhirnya, badanku mulai mengejang,
“Rin, aku mau keluar.. ohh ahh..” dan sengaja dipercepat kocokan kont0lku dengan tangannya.
Croott crot crot creet.. air maniku berhamburan keluar banyak sekali, sebagian kena wajahnya dan mengotori kacamatanya, dan sebagian lagi meluber di tangan Rina dan kont0lku. Rina sempat terkejut melihat pemandangan menakjubkan itu. “iihh… jijik… apa nih mas..?” katanya sambil mengernyit.
“ini namanya pejuh, Rin.. coba aja enak lho.. bisa menghaluskan kulit kalo dilumurin ke wajahmu..”
Dengan sedikit keraguan siswi berjilbab itu pelan-pelan menjilat air maniku yang meluber di kont0lku.
“Asin dan gurih, enak juga ya Ko?”, katanya sambil menelan semua spermaku sampai habis bersih dan kinclong.
Yang menyembur diwajahnya ia ratakan sehingga wajahnya mengkilap karena air pejuhku. Akus emakin terangsang melihat gadis berjilab melakuka nhal itu. Tanpa membuang waktu lagi, aku yang mempunyai stamina dan birahi yang berlipat segera kembali mendorong badannya agar bersandar di dinding kayu gubug itu. Bibirnya yang indah dengan lipgloss itu kulumat dengan penuh birahi. kurasakan siswi berjilbab itu mulai mendesah dan menggeliat menahan birahi. Kuremas-remas dadanya yang sudah menunggu dari tadi untuk dinikmati lagi. Kuraba-raba lagi mem3k si Rina, pinggangnya menggeliat menahan nikmat sekaligus geli yang demikian hebat sampai pahanya merapat lagi. Kembali kusingkapkan rok abu-abunya ke perutnya, setelah tadi sempat turun
lagi, sengaja tidak kupelorotkan CD- nya, karena aku ingin melihat pemandangan indah dulu. Wow, CD-nya pink tipis berenda dan mungil, sehingga dalam keadaan normal kelihatan jelas bulu-bulunya. Lalu aku berlutut didepan selangkangannya. Kakinya kubuka diiringi desahan tertahan gadis SMU berjilbab berwajah cantik itu. Tangan kirinya menutup mulutnya seakan berusaha menahan nafsu birahi yang tak tertahankan. Tangan kanannya ada
dipundakku, namun tidak berusaha menahan ketika aku maju dan mulai menjilati kedua pahanya dari bawah sampai ke pangkalnya, lalu kucium aroma lembab dan agak amis dari mem3knya yang membuat laki-laki manapun semakin bernafsu. Kujilat sekitar pangkal paha tanpa mengenai mem3knya, yang membuat Rina semakin kelojotan. Kupelorotkan CD-nya pelan-pelan sambil menikmati aroma khas mem3knya, lalu kujilat CD bagian dalam yang membungkus kemaluannya. Sesaat aku terpesona melihat mem3knya, bulunya yang tertata rapi tapi pendek-pendek, bibirnya yang gundul mengkilap terlihat
jelas dan rapat, di tengah-tengahnya tersembul daging kecil. Mem3k yang masih suci ini semakin membuatku bergelora, kont0lku mulai berontak lagi minta dipijat Rina. Mulutku sudah tidak sabaran untuk menikmati sajian paling lezat itu, lidahku mulai bergerilya lagi. Pertama kujilati bulu-bulu halusnya, rintihan Rina terdengar lagi. Terbukti titik lemah Rina ada di mem3knya, begitu siswi berjilbab itu menggerakkan pantatnya, dengan antusias lidahku menari bergerak bebas di dalam mem3knya yang sempit (masih aman karena selaput dara berada lebih ke dalam). Begitu sampai di klitorisnya (yang sebesar kacang kedelai), langsung kukulum tanpa ampun
“Akhh.. sstt.. ampuun… aduuhh.. enaaak.. stt” racau gadis perawan SMU berjilbab itu sambil menggeleng-geleng kepalanya yang masih terbungkus jilbab menahan serbuan kenikmatan yang menggila dari lidahku.
Dengan gerakan halus, kuusap-usap klitorisnya dan siswi berjilbab itu makin kelojotan dan tidak begitu lama terjadi kontraksi di mem3knya. Aku tau Rina akan klimaks lagi, makin kupercepat permainan lidahku. Sesaat kemudian, sambil tangan kirinya
semakin menutup mulutnya semakin erat,gadis berjilbab berseragam abu- abu putih itu menjerit sambil badannya meregang. Mengalirlah dengan deras cairan cintanya itu, tentu saja yang telah kutunggu-tunggu itu. Kujilati semua cairan yang ada sampai mem3knya mengkilap bersih, rasanya segar, gurih dan enak sekali. Beberapa saat, kubiarkan Rina istirahat sambil tersengal-sengal mengatur napas terduduk lemah dibangku panjang digubug itu, bersandar didinding. Aku duduk disebelahnya lalu kupeluk erat dengan mesra, kukecup keningnya, dan kedua pipinya. Sambil memandangku, wajahnya tersenyum malu. Nampak wajahnya merah padam setelah mengalami orgasme, serta malu karena melakukannya denganku. Aku menduga baru kali ini siswi berjilbab itu merasakan nikmat begitu dasyat, sampai lemas sekujur tubuhnya. Setelah nafasnya mulai normal, kuciumi bibirnya dengan lembut. “Nikmat sekali kan Rin? Ingin lagi? Masih kuat kan?” kataku dengan mencium bibirnya lagi.
Gadis cantik berjilbab itu hanya diam sambil memalingkan wajahnya, namun tidak ada penolakan dari tubuhnya. Kupalingkan lagi wajah cantknya menghadapku dan kucium rada lama bibirnya dengan lembut.
Pelan-pelan aku kembali memosisikan tubuhku dihadapannya. Kont0lku tepat berada didepan mem3knya. Kulepaskan celana dalam seksinya, lalu lambat- lambat kumajukan pinggulku, menggesekan kont0lku ke mem3knya. “Oh..hmm..” gadis manis berjilbab itu kembali mendesah bergairah, pasrah kusetubuhi ditengah hutan yang sunyi itu.
Baju seragam SMU nya sudah teronggok dilantai gubug, disamping celana dalamnya. Wajah gadis alim berjilbab itu yang pasrah membuatku nyaris tidak mampu mengendalikan birahiku.
Kulumat bibirnya dengan rakus, tanganku bergerak ke bawah dan menggenggam kont0lku, semakin intens
menggesek-gesekkan kont0lku ke mem3k ranumnya, membuat siswi berjilbab itu semakin menggelinjang karena rangsanganku. Sembari melumat bibirnya, tangan kiriku turun mengusap payudaranya dengan gerakan melingkar di bawahnya menuju ke arah puting lalu menyentil dan memilin pentil gadis cantik berjilbab itu. Kemudian gantian punggungnya kuusap dengan usapan ringan sampai siswi berjilbab itu merasa kegelian. “Ohh.. Maas.. auughh.. gelii… Nikmat Maas..!!”
tangan kanan gadis berjilbab itu mencengkeram erat pundak kiriku sampai membuat pundakku lecet karena kukunya, sementara secara refleks tangan kirinya mulai ikut meremas-remas buah dada kirinya.. kakinya membuka lebar melingkar dipingganggku. Tatapan gadis berjilbab itu sayu, dikuasai sepenuhnya oleh nafsu birahi. nafasnya memburu. Siswi berjilbab itu memejamkan matanya. Desahan dam rintihannya semakin keras ketika kuciumi kening, pipi dan kujilat dan kugigiti daun telinganya dari
luar jilbabnya. “Rina, tahan yaa.. mas akan kasih kenikmatan buatmu.. tapi awalnya bakal sakit sedikit.. tapi kalo dah kebiasa pasti enak kok..”kataku menenangkan gadis manis berjilbab lugu itu yang akan kurenggut keperawanannya.
“mmhh… pelan yah mas.. Rina takut..” desahnya, namun tanpa penolakan karena sudah pasrah 100%.
Dengan birahi yang sudah di ubun- ubun, aku mengangkat sedikit pantat Rina, untuk memberi posisi nyaman pada persetubuhan ini. Kupegangi kedua belah pahanya dan semakin kubuka kakinya lebar-lebar. Terlihatlah belahan mem3knya agak kehitaman dengan bagian dalam yang kemerahan, dihiasi rambut tipis. “Aahh..”, Rina melenguh panjang, badannya goyang kekanan kekiri, kuberikan rangsangan tambahan.
Kujilati pusar dan perutnya, lalu ke paha dan betisnya. Kugigit dekat pangkal pahanya sampai memberkas merah.
“Mass.. Kamu.. Oh.., sudah.. Rina nggak tahan..”.
kutatap wajahnya dengan tatapan menenangkan. Matanya sayu pasrah. Ia
menggigit bibir bawahnya berusaha menahan birahi dan mempersiapkan diri
pada rasa sakit yang kukatakan akan dirasakannya. Susah payah kumasukkan kont0lku yang sudah keras dan besar ke mem3knya yang becek, dan.. Blesshh.. “Ouuhh.. Ohh..”.
Aku mulai memasukan kont0lku ke liang mem3knya pelan-pelan. Sulit sekali memasukan kont0lku ke liang mem3k gadis manis berjilbab itu saking rapatnya. Rina berteriak,
“Ahhh… sakiiittt mas!” Aku yang tidak peduli karena sudah terlanjur nafsu memulai melakukan gerakan maju- mundur dengan pelan-pelan.
Gadis berjilbab bertubuh sekal itu membalas dengan menjambak rambutku. Aku terus melakukan genjotan terhadap mem3knya yang sangat nikmat itu… “Ahhhh… sakittt mas..”, aku mulai mempercepatkan gerakan maju- mundur. Rina berteriak,
“Ahhhhhhhh”, aku mengeluarkan kont0lku dari mem3knya dan langsung keluarlah darah segar mengalir dari mem3k Rina turun ke pahanya, dan membasahi bangku tempat kami bersenggama. . Setelah beristirahat beberapa helaan nafas, kembali kutekan pantatku perlahan dan dengan pelan dan teknik maju mundur yang membuat Rina semakin kelojotan, akhirnya masuklah semua kont0lku ke dalam mem3k sempit legit gadis SMU berjilbab itu. “Aahh.. Mas.. aduh Maas..sakit tapi enaakk.. aduuhh.. lagii..” gadis berjilbab berparas cantik dan lugu itu meracau dan mendesah mulai keenakan. Mem3knya mulai terbiasa dihujam kont0lku.
Rina menaikan pantatnya dan aku menekan lagi pelan-pelan, terus berlangsung beberapa lama, kian lama kian cepat.
“aduuhh.. Rina mau enak lagiihh..” Rina mem3kik.
Aku semakin kencang mengocok mem3knya dengan kont0lku. Siswi berjilbab itu diam sejenak sambil memegang lenganku.
“Sudah keluar lagi Rin?”
“Sebentar lagi.. Ohh..” jawab Rina Secara tiba-tiba kugerakkan pantatku maju mundur agak memutar dengan cepat, batangku terasa mau patah. Rina kelojotan sambil melejang-lejang nikmat.
“Ah..”. Rina meremas remas payudaranya dan menggigit jarinya sendiri dan matanya terpejam.
Jepitan kaki di pinggangku menguat. Dinding mem3k gadis cantik berjilbab itu terasa menebal sehingga lubangnya menjadi lebih sempit. Siswi berjilbab itu memelukku dan mengulum bibirku,
“An.. Mas.. Aku.. Hggkk.., Ahh.. Nikmatt..” Rina bergerak liar. Kutekankan kont0lku dalam-dalam dan kurasakan denyutan di dinding mem3k serta dasar rahimnya. Kont0lku terasa disiram cairan yang hangat. Kutekan tyubuhnya didinding gubug dengan tubuhku. siswi berjilbab itu masih terus mengejang dan menggelinjang menikmati orgasmenya. Kubiarkan kont0lku terendam dalam cairan mem3knya. siswi berjilbab itu mendesah
dan merintih penuh kenikmatan. Kami diam sejenak. Kuberikan kesempatan untuknya beristirahat dan mengatur nafasnya. Matanya masih tertutup. Sejenak kurangsang mem3knya dengan gerakan pada otot kemaluanku. siswi berjilbab itu mendesah dan membuka matanya. Dikalungkannya kedua tangannya pada leherku. “Rinaa.. sekarang giliran mas yaa..” kataku berbisik. siswi berjilbab itu mengangguk.
Masih tersisa orgasmenya, dengan tubuh yang masih bergetar2. Kugerakkan lagi pantatku maju mundur
dan memutar. Perlahan-lahan dan semakin lama semakin cepat. Kurasakan mem3knya lebih becek dari semula, namun aku tidak mau menghentikan permainan untuk mengeringkannya. Gesekan kulit kont0l
dengan dinding mem3k gadis manis berjilbab itu masih terasa nikmat. Gairah siswi cantik berjilbab itu mulai bangkit lagi. Iapun mengimbangi gerakanku perlahan-lahan. Setelah beberapa saat kemudian gerakannyapun juga semakin cepat. Kutarik pantatku sampai tinggal kepala
kont0lku saja yang menyentuh bibir mem3knya, dengan gerakan cepat dan bertenaga kuhempaskan lagi ke bawah. Badan siswi cantik berjilbab itu terguncang. Kurapatkan pahanya, kemudian kakiku menjepit kedua kakinya. Aku menurunkan tempo permainan sambil beristirahat sejenak. Sesaat kemudian kukembalikan pada tempo semula. Aku hanya menarik turunkan kont0lku sampai setengahnya saja. Jepitan mem3k siswi cantik berjilbab itu lebih terasa. Kurasakan aliran darah di kont0lku semakin cepat. “Rina.. Aku mau keluar..”.
“Tunggu.. Kita bareng.. a.. nn mas..”
Kukangkangkan kaki siswi cantik berjilbab itu kembali. Kedua betisnya kujepit di ketiakku. Dalam posisi demikian maka mem3knya terbuka lebar sekali.
“Mas Wawan..”. Tubuh Rina menegang.
“Rina aku juga.. Mau.. Ohh..”.
“Ahh.. Nikmatt”. Cairan mem3k siswi cantik berjilbab itu bertambah banyak, sementara itu ujung kont0lku berdenyut denyut. Tubuhnya bergerak seperti kuda Sumbawa yang melonjak-lonjak liar.
“Rina.. Oh.. nih ku kasih pejuh… nikmatin
sayaannghhh..”
Dan kemudian.. Crot.. Crot.. Crot.. kutumpahkan spermaku di dalam guanya sampai menetes-netes keluar.
“Tahan sebentar.. Ahh..”.
Gadis cantik berjilbab itupun mendapatkan orgasmenya setelah berusaha sesaat sebelum kont0lku berhenti menyemprotkan pelurunya. Kutekankan lagi kont0lku, denyutan pada otot-otot kemaluan kami saling memberikan kenikmatan ekstra. Aku berguling ke samping. Kami berpelukan dengan badan bersimbah keringat. Jilbabnya basah karena keringat kami berdua. Sungguh nikmat bercinta dengan gadis perawan. Setelah beristirahat beberapa saat, kami segera membenahi baju kami dan keluar dari hutan. Kembali kukecup mesra kening dan bibir gadis manis berjilbab itu. Kuminta ia meminum pil anti hamil yang selalu kubawa, dan memberinya 3 lembar seratus ribuan untuknya.
Tidak lupa kuantarkan dia kembali kerumahnya karena jam sudah menunjukkan pukul 12 siang dan kuminta nomor Hpnya, kali aja aku kangen dengan jepitan mem3knya.

Ngentot Teman Kerja Perempuan Solehah Berjilbab



 Ngentot Teman Kerja Perempuan Solehah Berjilbab


Seks Ngentot Cewek BerjilbabSebuah kisah seorang pria ngentot teman kerja perempuannya yang selama ini terkenal solehah dan berjilbab rapi serta sudah bersuami. Simak selengkapnya berikut ini cerita ngentotnya!
Di kantorku ada seorang wanita berjilbab yang sangat cantik dan anggun. Tingginya sekitar 165 cm dengan tubuh yang langsing. Kulitnya putih dengan lengsung pipit di pipi menambah kecantikannya, suaranya halus dan lembut. Setiap hari dia mengenakan baju gamis yang panjang dan longgar untuk menyembunyikan lekuk tubuhnya, namun aku yakin bahwa tubuhnya pasti indah. Namanya Fatma, dia sudah bersuami dan beranak 2, usianya sekitar 30 tahun. Dia selalu menjaga pandangan matanya terhadap lawan jenis yang bukan muhrimnya, dan jika bersalamanpun dia tidak ingin bersentuhan tangan. Namun kesemua itu tidak menurunkan rasa ketertarikanku padanya, bahkan aku semakin penasaran untuk bisa mendekatinya apalagi sampai bisa menikmati tubuhnya…., Ya…. Benar… Aku memang terobsesi dengan temanku ini. Dia betul-betul membuatku penasaran dan menjadi objek khayalanku siang dan malam di saat kesendirianku di kamar kost. Aku sebenarnya sudah berkeluarga dan memiliki 2 orang anak yang masih kecil-kecil, namun anak dan istriku berada di luar kota dengan mertuaku, sedangkan aku di sini kost dan pulang ke istriku seminggu sekali. Kesempatan untuk bisa mendekatinya akhirnya datang juga,
Ketika aku dan dia ditugaskan oleh atasan kami untuk mengikuti workshop di sebuah hotel di kota Bandung selama seminggu.
Hari-hari pertama workshop aku berusaha mendekatinya agar bisa berlama-lama ngobrol dengannya, namun Dia benar-benar tetap menjaga jarak denganku, hingga pada hari ketiga kami mendapat tugas yang harus diselesaikan secara bersama-sama dalam satu unit kerja.
Hasil pekerjaan harus diserahkan pada hari kelima. Untuk itu kami bersepakat untuk mengerjakan tugas tersebut di kamar hotelnya, karena kamar hotel yang ditempatinya terdiri dari dua ruangan, yaitu ruang tamu dan kamar tidur.
Sore harinya pada saat tidak ada kegiatan workshop, aku sengaja jalan-jalan untuk mencari obat perangsang dan kembali lagi sambil membawa makanan dan minuman ringan.
Sekitar jam tujuh malam aku mendatangi kamarnya dan kami mulai berdiskusi tentang tugas yang diberikan. Selama berdiskusi kadang-kadang Fatma bolak-balik masuk ke kamarnya untuk mengambil bahan-bahan yang dia simpan di kamarnya, dan pada saat dia masuk ke kamarnya untuk kembali mengambil bahan yang diperlukan maka dengan cepat aku membubuhkan obat perangsang yang telah aku persiapkan.
Dan aku melanjutkan pekerjaanku seolah-olah tidak terjadi apa-apa ketika dia kembali dari kamar. Hatiku mulai berbunga-bunga, karena obat perangsang yang kububuhkan pada minumannya mulai bereaksi. Hal ini tampak dari deru napasnya yang mulai memburu dan duduknya gelisah serta butiran-butiran keringat yang mulai muncul dikeningnya. Selain itu pikirannyapun nampaknya sudah susah untuk focus terhadap tugas yang sedang kami kerjakan Namun dengan sekuat tenaga dia tetap menampilkan kesan sebagai seorang wanita yang solehah, walaupun seringkali ucapannya secara tidak disadarinya disertai dengan desahan napas yang memburu dan mata yang semakin sayu.
Aku masih bersabar untuk tidak langsung mendekap dan mencumbunya, kutunggu hingga reaksi obat perangsang itu benar-benar menguasainya sehingga dia tidak mampu berfikir jernih. Setelah sekitar 30 menit, nampaknya reaksi obat perangsang itu sudah menguasainya, hal ini Nampak dari matanya yang semakin sayu dan nafas yang semakin menderu serta gerakan tubuh yang semakin gelisah.
Dia sudah tidak mampu lagi focus pada materi yang sedang didiskusikan, hanya helaan nafas yang tersengal diserta tatapan yang semakin sayu padaku. Aku mulai menggeser dudukku untuk duduk berhimpitan disamping kanannya, dia seperti terkejut namun tak mampu mengeluarkan kata-kata protes atau penolakan, hanya Nampak sekilas dari tatapan matanya yang memandang curiga padaku dan ingin menggeser duduknya menjauhiku, namun nampaknya pengaruh obat itu membuat seolah-olah badannya kaku dan bahkan seolah-olah menyambut kedatangan tubuhku.
Setelah yakin dia tidak menjauh dariku, tangan kiriku mulai memegang tangan kanannya yang ia letakkan di atas pahanya yang tertutup oleh baju gamisnya. Tangan itu demikian halus dan lembut, yang selama ini tidak pernah disentuh oleh pria selain oleh muhrimnya. Tangannya tersentak lemah dan ada usaha untuk melepaskan dari genggamanku, namun sangat lemah bahkan bulu-bulu halus yang ada di lengannya berdiri seperti dialiri listrik ribuan volt. Matanya terpejam dan tanpa sadar mulutnya melenguh..
”Ouhh….”, tangannya semakin basah oleh keringat dan tanpa dia sadari tangannya meremas tanganku dengan gemas.
Aku semakin yakin akan reaksi obat yang kuberikan… dan sambil mengutak-atik laptop, tanpa sepengetahuannya aku aktifkan aplikasi webcam yang dapat merekam kegiatan kami di kursi panjang yang sedang kami duduki dengan mode tampilan gambar yang di hide sehingga kegiatan kami tak terlihat di layar monitor. Lalu tangan kananku menggenggam tangan kanannya yang telah ada dalam genggamanku, tangan kiriku melepaskan tangan kanannya yang dipegang dan diremas mesra oleh angan kananku, sehingga tubuhku menghadap tubuhnya dan tangan kiriku merengkuh pundaknya dari belakang. Matanya medelik marah dan dengan terbata-bata dan nafas yang memburu dia berkata
“Aaa…aapa..apaan….nih……Pak..?”
Dengan lemah tangan kirinya berusaha melepaskan tangan kiriku dari pundaknya. Namun gairahku semakin meninggi, tanganku bertahan untuk tidak lepas dari pundaknya bahkan dengan gairah yang menyala-nyala wajahku langsung mendekati wajahnya dan secara cepat bibirku melumat gemas bibir tipisnya yang selama ini selalu menggoda nafsuku. Nafsuku semakin terpompa cepat setelah merasakan lembut dan nikmatnya bibir tipis Fatma, dengan penuh nafsu kuhisap kuat bibir tipis itu.
“Ja..jangan …Pak Ouhmmhhh… mmmhhhh…”
Hanya itu kata yang terucap dari bibirnya.. karena bibirnya tersumpal oleh bibirku.
Dia memberontak.., tapi kedua tangannya dipegang erat oleh tanganku, sehingga ciuman yang kulakukan berlangsung cukup lama.
Fatma terus memberontak…, tapi gairah yang muncul dari dalam dirinya akibat efek dari obat perangsang yang kububuhkan pada minumannya membuat tenaga berontaknya sangat lemah dan tak berarti apa-apa pada diriku. Bahkan semakin lama kedua tangannya bukan berusaha untuk melepaskan dari pegangn tanganku tapi seolah mencengkram erat kedua tanganku seperti menahan nikmatnya rangsangan birahi yang kuberikan padanya, perlahan namun pasti bibirnya mulai membalas hisapan bibirku, sehingga terjadilah ciumannya yang panas menggelora, matanya tertutup rapat menikmati ciuman yang kuberikan.
Pegangan tanganku kulepaskan dan kedua tanganku memeluk erat tubuhnya sehingga dadaku merasakan empuknya buahdada yang tertutup oleh baju gamis yang panjang.
Dan kedua tangannyapun memeluk erat dan terkadang membelai mesra punggungku. Bibirku mulai merayap menciumi wajahnya yang cantik, tak semilipun dari permukaan wajahnya yang luput dari ciuman bibirku. Mulutnya ternganga… matanya mendelik dengan leher yang tengadah…
”Aahhh….. ouh…… mmmhhhh…. eehh… ke.. na.. pa….. begi..nii…ouhhh …”
Erangan penuh rangsangan keluar dari bibirnya disela-sela ucapan ketidakmengertian yang terjadi pada dirinya..
Sementara bibirku menciumi wajah dan bibirnya dan terkadang lehernya yang masih tertutup oleh jilbab yang lebar…, secara perlahan tangan kanan merayap ke depan tubuhnya dan mulai meremas buah dadanya..
”Ouhhh….aahhh…”
Kembali dia mengerang penuh rangsangan. Tangan kirinya memegang kuat tangan kananku yang sedang meremas buahdadanya. Tetapi ternyata tangannya tidak berusaha menjauhkan telapak tanganku dari buahdadanya, bahkan mengarahkan jariku pada putting susunya agar aku mempermainkan putting susunya dari luar baju gamis yang dikenakannya
“ouh…ouh…ohhh…..”
Erangan penuh rangsangan semakin tak terkendali keluar dari mulutnya Telapak tanganku dengan intens mempermainkan buahdadanya…, keringat sudah membasahi gamisnya…, bahkan tangan kanannya dengan gemas merengkuh belakang kepalaku dan mengacak-ngacak rambutku serta menekan wajahku agar ciuman kami semakin rapat…
Nafasnya semakin memburu dengan desahan dan erangan nikmat semakin sering keluar dari mulutnya yang indah. Tangan kananku dengan lincah mengeksplorasi buahdada, pinggang dan secara perlahan turun ke bawah untuk membelai pingggul dan pantatnya yang direspon dengan gerakan menggelinjang menahan nikmatnya nafsu birahi yang terus menderanya. Tangan kananku semakin turun dan membelai pahanya dari luar gamis yang dikenakannya… dan terus kebawah hingga ke ujung gamis bagian bawah. lalu tanganku menyusup ke dalam sehingga telapak tanganku bisa langsung menyentuh betisnya yang jenjang..
Ouhhh… sungguh halus dan lembut terasa betis indah ini, membuat nafsuku semakin membumbung tinggi, penisku semakin keras dan bengkak sehingga terasa sakit karena terhimpit oleh celana panjang yang kukenakan, maka secara tergesa-gesa tangan kiriku menarik sleting celana dan mengeluarkan batang penisku yang tegak kaku.
Dari sudut matanya, Fatma melihat apa yang kulakukan dan dengan mata yang terbelalak dan mulut ternganga ia menjerit pelan melihat penisku yang tegak kaku keluar dari dalam celana
”Aaaihhh…”.
Dari sorot matanya, tampak gairah yang semakin menyala-nyala ketika menatap penis tegakku. Belaian tangan kananku semakin naik ke atas…., ke lututnya, lalu…. Cukup lama bermain di pahanya yang sangat halus…., Fatma semakin menggelinjang ketika tangan kananku bermain di pahanya yang halus, dan mulutnya terus-terusan mengerang dan mengeluh nikmat
“ Euhh….. ouhhhh….. hmmmnnn…. Ahhhhh……”
Tanganku lalu naik menuju pangkal paha…., terasa bahwa bagian cd yang berada tepat di depan vaginanya sudah sangat lembab dan basah. Tubuhnya bergetar hebat ketika jari tanganku tepat berada di depan vaginanya, walaupun masih terhalang CD yang dikenakannya…, tubuhnya mengeliat kaku menahan rangsangan nikmat yang semakin menderanya sambil mengeluarkan deru nafas yang semakin tersengal
“Ouh….ouhhhh…”
Ketika tangan kananku menarik CD yang ia kenakan…., ternyata kedua tangan Fatma membantu meloloskan CD Itu dari tubuhnya. Kusingkapkan bagian bawah gamis yang ia kenakan ke atas hingga sebatas pinggang, hingga tampak olehku vaginanya yang indah menawan, kepalanya kuletakan pada sandaran lengan kursi..,
kemudian pahanya kubuka lebar-lebar.., kaki kananku menggantung ke bawah kursi, sedangkan kaki kiriku terlipat di atas kursi. Dengan masih mengenakan celana panjang, kuarahkan penisku yang keluar melalui sleting yang terbuka ke lubang vagina yang merangsang dan sebentar lagi akan memberikan berjuta-juta kenikmatan padaku.
Ku gesek-gesekan kepala penisku pada lipatan liang vaginanya yang semakin basah..
”Auw…auw….. Uuhhhh….. uuuhhh…. Ohhh ….”
Dia mengaduh dan mengeluh… membuatku bertanya-tanya apakah ia merasa kesakitan atau menahan nikmat, tapi kulihat pantatnya naik turun menyambut gesekan kepala penisku seolah tak sabar ingin segera dimasuki oleh penisku yang tegang dan kaku…. Lalu dengan hentakan perlahan ku dorong penisku dan… Blessshhh….
Kepala penisku mulai menguak lipatan vaginanya dan memasuki lorong nikmat itu dan..
“AUW… AUW…. Auw… Ouhhh……uhhhh…… aaahhhh…”
Tanpa dapat terkendali Fatma mengaduh dan mengerang nikmat dan mata terpejam rapat…., rintihan dan erangan Fatma semakin merangsangku dan secara perlahan aku mulai memaju mundurkan pantatku agar penisku mengocok liang vaginanya dan memberikan sensasi nikmat yang luar biasa.
Hal yang luar biasa dari Fatma ternyata dia terus mengaduh dan mengerang setiap aku menyodokkan batang penisku ke dalam vaginanya. Rupanya dia merupakan tipe wanita yang selalu mengaduh dan mengerang tak terkendali dalam mengekspresikan rasa nikmat seksual yang diterimanya. Tak berapa lama kemudian, tanpa dapat kuduga, kedua tangan Fatma merengkuh pantatku dan menarik pantatku kuat-kuat dan pantatnya diangkatnya sehingga seluruh batang penisku amblas ditelan liang vagina yang basah, sempit dan nikmat. Lalu tubuhnya kaku sambil mengerang nikmat
“Auuuww…. Auuuwww…… Auuuuuhhhh….. Aakkkhhhh…..”
kedua kakinya terangkat dan betisnya membelit pinggangku dengan telapak kaki yang menekan kuat pantatku hingga gerakan pantatku agak terhambat dan kedua tangannya merengkuh pundakku dengan kuat dan beberapa saat kemudian tubuhnya kaku namun dinding vaginanya memijit dan berkedut sangat kuat dan nikmat membuat mataku terbelalak menahan nikmat yang tak terperi
Lalu …. badannya terhempas lemah…, namun liang vaginanya berkedut dan meremas dengan sangat kuat batang penisku sehingga memberikan sensasi nikmat yang luar biasa.
Gairah yang begitu tinggi akibat rangsangan yang diterimanya telah mengantarnya menuju orgasmenya yang pertama. Keringat tubuhku membasahi baju membuatku tidak nyaman, sambil membiarkannya menikmati sensasi nikmatnya orgasme yang baru diperolehnya dengan posisi penisku yang masih menancap di liang vaginanya, aku membuka bajuku hingga bertelanjang dada tetapi masih mengenakan celana panjang.
Lalu secara perlahan aku mulai mengayun pantatku agar penisku mengocok liang vaginanya.
Rasa nikmat kembali menderaku akibat gesekan dinding vaginanya dengan batang penisku. Perlahan namun pasti, pantat Fatma merespon setiap gerakan pantatku. Pinggul dan pantatnya bergoyang dengan erotis membalas setiap gerakanku.
Mulutnyapun kembali mengaduh mengekspresikan rasa nikmat yang kembali dia rasakan
“Auw…Auw… Auuuwww…. Ouhhh…. Aahhh…”
Rangsangan dan rasa nikmat yang kurasakanpun semakin menjadi-jadi. Dan erangan nikmatnyapun terus-menerus diperdengarkan oleh bibirnya yang tipis menggairahkan sambil kepala yang bergoyang kekiri dan ke kanan diombang-ambingkan oleh rasa nikmat yang kembali menderanya
“Auw…Auw… Auuuwww…. Oohhh… ohhh… oohhh…”
Erangan nikmat semakin tak terkendali dan seolah puncak kenikmatan akan kembali menghampirinya hal ini tampak dari gelinjang tubuhnya yang semakin cepat dan kedua tangannya yang kembali menarik-narik pantatku agar penisku masuk semakin dalam mengobok-obok liang nikmatnya dan kedua kakinya sudah mulai membelit pantatku. Namun aku mencabut penisku , dan hal itu membuat Fatma gelagapan sambil berkata terbata-bata
“Ke..napa…..di cabut…? Ouh…. Oh…”
Dengan sorot mata protes dan napas yang tersengal-sengal…
“Ribet ….”
Kataku, sambil berdiri dan membuka celana panjang sekaligus dengan CD yang kukenakan.
Lalu sambil menatapnya
“Gamisnya buka dong..!”
Dia menatapku ragu.., namun dorongan gairah telah membutakan pikirannya apalagi dengan penuh gairah dia melihatku telanjang bulat di hadapannya, maka dengan tergesa-gesa dia berdiri dihadapanku dan melolosi seluruh pakaian yang dikenakannya…, mataku melotot menikmati pemandangan yang menggairahkan itu. Oohhh….
kulitnya benar-benar putih dan halus, penisku terangguk-angguk semakin tegang dan keras. Dia melepaskan gamis dan BHnya sekaligus, hingga dihadapanku telah berdiri bidadari yang sangat cantik menggairahkan dalam keadaan bulat menantangku untuk segera mencumbunya.
Dalam keadaan berdiri aku langsung memeluknya dan bibirku mencium bibirnya dengan penuh gairah…. Diapun menyambut ciumanku dengan gairah yang tak kalah panasnya. Bibir dan lidahku menjilati bibir, pipi lalu ke lehernya yang jenjang yang selama ini selalu tertutup oleh jilbabnya yang lebar…. Fatma mendongakkan kepala hingga lehernya semakin mudah kucumbu… Penisku yang tegang menekan-nekan selangkangannya membuat dia semakin bergairah.
Dengan gemetar, tangannya meraih batang penisku dan mengarahkan kedepan liang vaginanya yang sudah sangat basah dan gatal., kaki kanannya dia angkat keatas kursi sehingga kepala penisku lebih mudah menerobos liang vaginanya dan blesshh….. kembali rasa nikmat menjalar di sekujur pembuluh nadiku dan mata Fatmapun terpejam merasakan nikmat yang tak terperi dan dari mulutnyapun erangan nikmat
“Auw… Auww… Oohh….. akhhh….”
Kepalanya terdongak dan kedua tangannya memeluk erat punggungku. Lalu pantatku mulai bergerak maju mundur agar batang penisku menggesek dinding vaginanya yang sempit, basah dan berkedut nikmat menyambut setiap gesekan dan kocokan batang penisku yang semakin tegang dan bengkak. Diiringi dengan rintihan nikmat Fatma yang khas… …
”Auw… Auw… Ouhh… ouhh…ahhh…”
Sambil pantatku memompa liang vaginanya yang nikmat, kepala Fatma semakin terdongak ke belakang sehingga wajahku tepat berada didepan buahdadanya yang sekal dan montok, maka mulut dan lidahku langsung menjilati dan menghisap buah dada indah itu.. putting susunya semakin menonjol keras. Fatma semakin mengerang nikmat…
”Auw… Auw… Ouhh… ouhh…ahhh…”
Gerakan tubuh Fatma semakin tak terkendali, dan tiba-tiba kedua kakinya terangkat dan membelit pinggangku, kemudian dia melonjak-lonjankkan tubuhnya sambil memeluk erat tubuhku sambil menjerit semakin keras …
”Auw… Auw… Ouhh… ouhh…ahhh…”.
Kedua tanganku menahan pantatnya agar tidak jatuh dan penisku tidak lepas dari liang vaginanya sambil merasakan nikmat yang tak terperi… Tak lama kemudian kedua tangannya memeluk erat punggungku dan mulutnya menghisap dan menggigit kuat leherku. Tubuhnya kaku…., dan dinding vaginanya meremas dan memijit-mijit nikmat batang penisku. Dan tak lama kemudian
“AAAAUUUUWWWW………..Hhhooohhhh….”
Dia mengeluarkan jeritan dan keluhan panjang sebagai tanda bahwa dia telah mendapatkan orgasme yang kedua kali…
Tubuhnya melemas dan hampir terjatuh kalau tak ku tahan. Lalu dia terduduk di kursi sambil mengatur nafasnya yang tersengal-sengal, badannya basah oleh keringat yang bercucuran dari seluruh pori-pori tubuhnya.
Tapi dibalik rasa lelah yang menderanya, gairahnya masih menyala-nyala ketika melihat batang penisku yang masih tegang mengangguk-angguk. Aku duduk disampingnya dengan nafas yang memburu oleh gairah yang belum terpuaskan. Tiba-tiba dia berdiri membelakangiku, kakinya mengangkang dan pantatnya diturunkan mengarahkan liang vaginanya agar tepat berada diatas kepala penisku yang berdiri tegak.
Tangan kanannya meraih penisku agar tepat berada di depan liang vaginanya dan … bleshhhh….
“AUUWW…. Auww…. Ahhhh…”
Secara perlahan dia menurunkan pantatnya sehingga kembali batang penisku menyusuri dinding vagina yang sangat nikmat dan memabukkan..
”Aaahhh……”
erangan nikmat kembali keluar dari mulutnya. Lalu dia mulai menaik turunkan pantatnya agar batang penisku mengaduk-ngaduk vaginanya dari bawah..
Semakin lama gerakannya semakin melonjak-lonjak sambil tiada henti mengerang penuh kenikmatan, kedua tanganku memegang kedua buahdadanya dari belakang sambil meremas dan mempermainkan putting susu yang semakin keras dan menonjol. Kepalanya mulai terdongak dan menoleh kebelakang mencari bibirku atau bagian leherku yang bisa diciumnya dan kamipun berciuman dalam posisi yang sangat menggairahkan… lonjakan tubuhnya semakin keras dan kaku dan beberapa saat kemudian kembali batang penisku merasakan pijatan dan remasan yang khas dari seorang wanita yang mengalami orgasme sambil menjerit nikmat
“AAAUUUUUWWWWW…….. Aaakkhhhh………”
Namun saat ini, aku tidak memberi waktu padanya untuk beristirahat, karena aku merasa ada dorongan dalam tubuhku untuk segera mencapai puncak, karena napasku sudah tersengal-sengal tidak teratur, maka kuminta ia untuk posisi nungging dengan kaki kanan di lantai sedang kaki kiri di tempat duduk kursi sedangkan kedua tangannya bertahan pada kursi. Lalu kaki kananku menjejak lantai sedang kaki kiriku kuletakkan dibelakang Kaki kirinya sehingga selangkanganku tepat berada di belahan pantatnya yang putih, montok dan mengkilat oleh basahnya keringat. Tangan kananku mengarahkan kepala penisku tepat pada depan liang vaginanya yang basah dan semakin menggairahkan. Lalu aku mendorong pantatku hingga blessshhh….
“Auw… Auw… Ouhhhh….”
Kembali ia mengeluh nikmat ketika merasakan batang penisku kembali memasuki dirinya dari belakang. Kugerakan pantatku agar batang penisku kembali mengocok dinding vaginanya. Fatma memaju mundurkan pantatnya menyambut setiap sodokan batang penisku sambil tak henti-henti mengerang nikmat..Ouh… ohhh…ayoo.. Pak…ayo… ohh…ouhh…” Rupanya dia merasakan batang penisku yang semakin kaku dan bengkak yang menandakan bahwa beberapa saat lagi aku mencapai orgasme. Dia semakin bergairah menyambut setiap sodokan batang penisku, hingga akhirnya gerakan tubuhku semakin tak terkendali dan kejang-kejang dan pada suatu titik aku menancapkan batang penisku sedalam-dalamnya pada liang vaginanya yang disambut dengan remasan dan pijitan nikmat oleh dinding vaginanya sambil berteriak nikmat
“Auuuuwwwhhhhhhh…… Aakkhhh…….”
Dan diapun berteriak nikmat bersamaan denganku. Dan Cretttt…. Creeetttt… crettttt spermaku terpancar deras membasahi seluruh rongga diliang vaginanya yang nikmat…
Tubuh Fatma ambruk telungkup dikursi dan tubuhkupun terhempas di kursi sambil memeluk tubuhnya dari belakang dengan helaan napas yang tersengal-sengal kecapaian… punggungku tersandar lemas pada sandaran kursi sambil berusaha menarik nafas panjang menghirup udara sebanyak-banyaknya.
Dan kuperhatikan Fatmapun tersungkur kelelahan sambil telungkup di atas kursi. Sambil beristirahat mengumpulkan napas dan tenaga yang hilang akibat pergumulan yang penuh nikmat, mataku menatap tubuh bugil Fatma yang basah oleh keringat. Dan terbayang olehku betapa liarnya Fatma barusan pada saat dia mengekspresikan kenikmatan seksual yang menghampirinya. Semua itu diluar dugaanku.
Aku tak menyangka Fatma yang demikian anggun dan lemah lembut bisa demikian liar dalam bercinta…… Mataku menyusuri seluruh tubuh Fatma yang bugil dan basah oleh keringat….
Uhhh……. .. Tubuh itu benar-benar sempurna …… Putih , halus dan mulus…. Beruntung sekali malam ini aku bisa menikmati tubuh indah ini.
Aku terus menikmati pemandangan indah ini, sementara Fatma nampaknya benar-benar kelelahan sehingga tak sadar bahwa aku sedang menikmati keindahan tubuhnya… Semakin aku memandangi tubuh indah itu, perlahan-lahan gairahku muncul kembali seiring dengan secara bertahap tubuhku pulih dari kelelahan yang menimpaku.
Dalam hati aku berbisik agar malam ini aku bisa menikmati tubuh Fatma sepuas-puasnya sampai pagi. Membayangkan hal itu, gairahku dengan cepat terpompa dan perlahan-lahan penisku mulai mengeras kembali….
Perlahan tanganku membelai pinggulnya yang indah, dan bibirku menciumi pundaknya yang basah oleh keringat…., namun nampaknya Fatma terlalu lelah untuk merespon cumbuanku, dia masih terlena dengan kelelahannya… mungkin dia tertidur kelelahan.
Posisi kami yang berada di atas kursi panjang ini membuatku kurang nyaman…, maka kuhentikan cumbuanku, kedua tanganku merengkuh tubuh indah Fatma dan dengan sisa-sisa tenaga yang mulai pulih kubopong tubuh indah itu ke kamar.
Dengan penuh semangat aku membopong tubuh bugil Fatma kearah kamar.
Kuletakkan tubuhnya dengan hati-hati dalam posisi telentang. Fatma hanya melenguh lemah dengan mata yang masih terpejam. Aku duduk di atas kasur sambil memperhatikan tubuh indah ini lebih seksama.
Semakin keperhatikan semakin terpesona aku akan kesempurnaan tubuh Fatma yang sedang telanjang bugil. Kulit yang demikian putih , halus dan mulus….. dengan bagian selangkangan yang benar-benar sangat indah dan merangsang.
Di sela-sela liang vaginanya terlihat lelehan spermaku yang keluar dari dalam liang vaginanya mengalir keluar ke sela-sela kedua pahanya.. Aku mengambil tissue yang ada di pinggir tempat tidur dan mengeringkan lelehan sperma itu dengan penuh perasaan.
Fatma menggeliat lemah., lalu matanya terbuka sedikit sambil mendesah..
”uhhh……”
Bibir dan lidahku tergoda untuk menciumi dan menjilati batang paha Fatma yang demikian putih dan mulus. Dengan penuh nafsu bibir dan lidahku mulai mencumbu pahanya. Seluruh permukaan kulit paha Fatma kuciumi dan jilati… tak ada satu milipun yang terlewat. Lambat laun gairah Fatma kembali terbangkitkan, mulutnya mendesis nikmat dan penuh rangsangan
“uhhh….. ohhhh… sssssttt…”
Sementara telapak tanganku bergerak lincah membelai dan mengusap paha, pantat, perut dan akhirnya meremas-remas buahdadanya yang montok. Erangannya semakin keras ketika aku memelintir putting susunya yang menonjol keras
“Euhh….. Ouhhh…. Auw…… Ahhh…”
Disertai dengan gelinjang tubuh menahan nikmat yang mulai menyerangnya. Penisku semakin keras dan aku mulai memposisikan kedua pahaku di bawah kedua pahanya yang terbuka, lalu mengarahkan penisku ke tepat di lipatan vaginanya yang basah dan licin.
Kugesek-gesekan kepala penisku sepanjang lipatan vaginanya, tubuhnya semakin bergelinjang…., pantatnya bergerak-gerak menyambut penisku seolah-olah tak sabar ingin ditembus oleh penis tegangku. Namun aku terus merangsang vaginanya dengan penisku…., dia semakin tak sabar …… tubuhnya semakin bergelinjang hebat.
Dan akhirnya ia bangkit dan mendorong tubuhku hingga telentang di atas kasur, dia langsung menduduki selangkanganku… mengangkat pantatnya dan tangannya dengan gemetar meraih penisku dan mengarahkan ke tepat liang vaginanya, lalu langsung menekan pantatnya dalam-dalam hingga……. Blessshhhh……. batang penisku langsung menerobos dinding vaginanya yang basah namun tetap sempit dan berdenyut-denyut. Mataku nanar menahan nikmat…., napasku seolah-olah terhenti menahan nikmat yang ku terima…
”Uhhhh…..”
Mulutku berguman menahan nikmat. Dengan mata terpejam menahan nikmat, Fatmapun mengaduh.
”Auuww…. OOhhhhhhh……”
Pantatnya dia diamkan sejenak merasakan rasa nikmat yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Lalu secara perlahan dia menaik turunkan pantatnya hingga penisku mengocok-ngocok vaginanya dari bawah….. Erangan khasnya kembali dia perdengarkan
“Auw….. auw…. auw… euhhhh…..”
Semakin lama gerakan pantatnya semakin bervariasi…, kadang berputar-putar…. Kadang maju mundur dan terkadang ke atas ke bawah bagaikan piston sambil tak henti-hentinya mengaduh nikmat…
Gerakannya semakin lincah dan liar, membuat aku tak henti-hentinya menahan nikmat. Kembali aku terpana oleh keliaran Fatma dalam bercinta…., sungguh aku tak menyangka…..Wanita sholeh…., anggun dan lembut ini begitu liar dan lincah.
”Ouhhhh…. ouhhhh …”
Aku pun mengeluh nikmat menyahuti erangan nikmat yang keluar dari bibirnya yang tipis. Buahdadanya yang montok dan indah terguncang-guncang keras akibat gerakannya yang lincah dan membuatku tanganku terangsang untuk meremasnya, maka kedua buahdada itu kuremas-remas gemas. Fatma semakin mengerang nikmat
“Auw…. Auw….auhh….ouhhh…”
Lalu gerakannya semakin keras tak terkendali…, kedua tangannya mencengkram erat kedua tanganku yang sedang meremas-remas gemas buahdadanya…,, dan badannya melenting sambil menghentak-hentakkan pantatnya dengan keras hingga penisku masuk sedalam-dalamnya….
Dan akhirnya tubuhnya kaku disertai dengan jeritan yang cukup keras
“Aaaaakkhhhsssss………….”
Dan tubuhnya ambruk menindihku……. Namun dinding vaginanya berdenyut-denyut serta meremas-remas batang penisku…. Membuatku semakin melayang nikmat….
Ya…. Fatma baru saja memperoleh orgasme yang pertama di babak kedua ini…. Dengan tubuh yang lemas dan napas yang tersengal-sengal bagaikan orang sudah melakukan lari marathon bibirnya menciumi lembut pipiku dan berkata sambil mendesah…
”Bapak…. Benar-benar hebat….”
Lalu mengecup bibirku dan kembali kepalanya terkulai di samping kepalaku sehingga dadaku merasakan empuknya dihimpit oleh buahdadanya yang montok.
Penis tegangku masih menancap dengan kokoh di dalam liang vaginanya, dan semakin lama denyutan dinding vaginanyapun semakin melemah… Kugulingkan tubuhnya hingga tubuhku menindih tubuhnya dengan tanpa melepaskan batang penisku dari jepitan vaginanya.
Tangan kananku meremas-meremas buah dadanya diselingin memilin-milin putting susu sebelas kiri, sementara bibirku menjilati dan menghisap-hisap putting susu sebelah kanan, sambil pantatku bergerak perlahan mengocok-ngocok vaginanya.
Perlahan namun pasti…, Fatma mulai menggeliat perlahan-lahan…, rangsangan kenikmatan yang kulakukan kembali membangkitkan gairahnya yang baru saja terpuaskan…
“Emmhhh…… euhhhh……… auh……..”
Dengan kembali dia mengerang nikmat… Pinggulnya bergoyang mengimbangi goyanganku…. Kedua tangannya merengkuh punggungku….
“Auw…. Auw…… ahhh….auhhh…”
Kembali dia mengaduh dengan suara yang khas, menandakan kenikmatan telah merasuki dirinya… Goyang pinggulnya semakin lincah disertai dengan jeritan-jeritannya yang khas. Dalam posisi di bawah Fatma menampilkan gerakan-gerakan yang penuh sensasi… Berputar…., menghentak-hentak …, maju mundur bahkan gerakan patah-patah seperti yang diperagakan oleh penyanyi dangdut terkenal. Kembali aku terpana oleh gerakan-gerakannya…. Yang semua itu tentu saja memberikan kenikmatan yang tak terhingga padaku….. Sambil mengerang dan mengaduh nikmat…, tangannya menarik kepalaku hingga bibirnya bisa menciumi dan menghisap leherku dengan penuh nafsu. Gerakan pinggul Fatma sudah berubah menjadi lonjakan-lonjakan yang keras tak terkendali, kedua kakinya terangkat dan membelit dan menekan pantatku hingga pantatku tidak bisa bergerak, Kedua tangannya menarik-narik pundakku dengan keras dengan mata terpejam dan gigi yang bergemeretuk.
Dan akhirnya tubuhnya kaku sambil menjerit seperti yang yang disembelih…
”AAkkkkkhhhh…….”
Kembali Fatma mengalami orgasme untuk ke sekian kalinya…. Aku hanya terdiam tak bisa bergerak tapi merasakan nimat yang luar biasa, karena walaupun terdiam kaku, namun dinding vagina Fatma berkontraksi sangat keras sehingga memijit dan memeras nikmat batang penisku yang semakin membengkak Tak lama kemudian tubuhnya melemas…., kedua kakinya sudah terjulur lemah Kuperhatikan napasnya tersengal-sengal…, Fatma menatap wajahku yang berada diatas tubuhnya.,
Lalu dia tersenyum seolah-olah ingin mengucapkan terima kasih atas puncak kenikmatan yang baru dia peroleh….
Kukecup bibirnya dengan lembut… Tubuhku kutahan dengan kedua tangan dan kakiku agar tidak membebani tubuhnya, Sambil bibirku terus menciumi bibir, pipi, leher , dada, hingga putting susunya untuk merangsangnya agar gairahnya segera bangkit kembali…
Kuubah posisi tubuhku hingga aku terduduk dengan posisi kedua kaki terlipat dibawah kedua paha Fatma yang terangkat mengapit pinggangku. Buahdadanya yang indah dan basah oleh keringat begitu menggodaku. Dan kedua tanganku terjulur untuk meremas-remas buah dada yang montok dan indah
“Euhh…. Euhhh…. “
Kembali tubuhnya menggeliat merasakan gairah yang kembali menghampirinya. Sambil kedua tanganku mempermainkan buahdadanya yang montok…, pantatku kembali berayun agar penisku kembali mengaduk-ngaduk liang vagina Fatma yang tak henti-hentinya memberikan sensasi nikmat yang sukar tuk dikatakan….
Hentakan pantatku semakin lama semakin keras membuat buah dadanya terguncang-guncang indah. Erangan nikmat yang khas kembali dia perdengarkan…. Kepalanya bergerak ke kanan dan kekiri seperti dibanting oleh rasa nikmat yang kembali menyergapnya…
Pinggul Fatma mulai membalas setiap hentakan pantatku….., bahkan semakin lama semakin lincah disertai dengan lenguhan dan jeritan nikmat yang khas…. Kedua tanganku memegangi kedua lututnya hingga pahanya semakin terbuka lebar membuat gerakan pinggulku semakin bebas dalam mengaduk dan mengocok vaginanya.
“Auw….Auw…. Auw…. Aahhh….ahhhh”
Erangan nikmat semakin meningkatkan gairahku…. Dan penisku semakin bengkak…. Dan ternyata dengan posisi seperti membuat jepitan vagina semakin kuat dan membuatku semakin nikmat. Dan tanpa dapat kukendalikan gerakanku semakin liar tak terkendali seiring dengan rasa nikmat yang semakin menguasai diriku… Fatmapun mengalami hal yang sama…, penisku yang semakin membengkak dengan gerakan-gerakan liar yang tak terkendali membuat orgasme kembali dengan cepat menghampirinya dan dia pun kembali menjerit-jerit nikmat menjemput orgasme yang segera tiba…
“Auw….Auw…. Auw…. Aahhh….ahhhh”
Akupun merasa bahwa orgasme akan menghampiriku…., tanpa dapat kukendalikan gerakan sudah berubah menjadi hentakan-hentakan yang keras dan kaku. Hingga akhirnya orgasme itu datang secara bersamaan dan kamipun menjerit secara bersamaan bagaikan orang yang tercekik.
“AAkkkkkkhhssss…………..”
Pinggul kami saling menekan dengan keras dan kaku sehingga seluruh batang penisku amblas sedalam-dalamnya dan beberapa saat kemudian. Creetttt….creeettttt…. cretttt…..
Sperma kental terpancar dari penisku menyirami liang vagina Fatma yang juga berdenyut dan meremas dengan hebatnya… Tubuhkupun ambruk… ke pinggir tubuh Fatma yang terkulai lemah…., namun pantatku masih diatas selangkangan Fatma sehingga Penisku masih menancap di dalam liang vaginanya. Kami benar-benar kelelahan sehingga akupun tertidur dalam posisi seperti itu….
Malam itu benar-benar kumanfaatkan untuk menikmati tubuh Fatma sepuas-puasnya.. Entah berapa kali malam itu kami bersetubuh……., yang kutahu adalah kami selalu mengulangi berkali-kali…. Hingga hampir subuh…. Dan tertidur dengan pulasnya karena semua tenaga telah terkuras habis …
Pagi-paginya sekitar jam 6 pagi aku mendengar Fatma menjerit..
”Apa yang telah terjadi..? Kenapa bisa terjadi begini..?”
Lalu dia menangis tersedu-sedu sambil tiada henti mengucap istigfar…. Sambil tak mengerti mengapa kejadian semalam bisa terjadi.
Tak lama kemudian dia berkata padaku sambil menangis
“Sebaiknya bapak secepatnya meninggalkan tempat ini…!”
katanya marah . Akupun keluar kamar memunguti pakaianku yang tercecer diluar kamar dan mengenakannya serta keluar dari kamarnya sambil membawa laptop dan kembali ke kamarku. Sedangkan Fatma terus menangis menyesali apa yang telah terjadi.
Sejak saat itu selama sisa masa workshop, Fatma benar-benar marah besar padaku, dia memandangku dengan tatapan marah dan benci. Aku jadi salah tingkah padanya dan tak berani mendekatinya.
Dan sampai hari terakhir workshop Fatma benar-benar tidak mau didekati olehku. Setelah aku keluar dari kamar hotelnya, Fatma terus menangis menyesali apa yang telah terjadi. Dia tak habis mengerti mengapa gairahnya begitu tinggi malam tadi dan tak mampu dia kendalikan sehingga dengan mudahnya berselingkuh denganku.
Ingat akan kejadian semalam, kembali dia menangis menyesali atas dosa besar yang dilakukannya. Dia merasa sangat bersalah karena telah menghianati suaminya, apalagi pada saat dia mengingat kembali betapa dia sangat menikmati dan puas yang tak terhingga pada saat bersetubuh denganku….
Ya… dalam hatinya yang paling dalam, secara jujur Dia mengakui, bahwa malam tadi adalah pengalaman yang baru pertama kali dialami seumur hidupnya, dapat merasakan kenikmatan orgasme yang berulang-ulang dalam satu malam, Dia sampai tidak ingat, entah berapa puluh kali dia mencapai puncak orgasme, akibatnya dia merasakan tulangnya bagaikan dilolosi sehingga terasa sangat lemah dan lunglai, habis semua tenaga terkuras oleh pertarungan semalam yang begitu sensasional. Dan hal itu belum pernah dia alami selama berumah tangga dengan suaminya.
Suaminya paling top hanya mampu mengantarnya menjemput satu kali orgasme bersamaan dengan suaminya, setelah itu tertidur sampai subuh dan itupun jarang sekali terjadi.
Yang paling sering adalah dia belum sempat menjemput puncak kenikmatan, suaminya sudah ejakulasi terlebih dahulu, meninggalkan dia yang masih gelisah karena belum mencapai puncak.
Dan peristiwa tadi malam, benar-benar istimewa karena dia mampu mencapai kenikmatan puncak yang melelahkan hingga berkali-kali. Ingat akan hal itu kembali dia menyesali diri…, kenapa dia mendapatkan kenikmatan bersetubuh yang luar biasa harus dari orang lain dan bukan dari suaminya sendiri…. Kembali dia menangis……
Dia berjanji untuk tidak mengulanginya lagi dan bertobat atas dosa besar yang dilakukannya. Dan dia akan menjauhi diriku agar tidak tergoda untuk yang kedua kalinya. Itulah sebabnya selama sisa waktu workshop, dia selalu menjauh dariku. Hari terakhir workshop, Fatma begitu gembira karena akan meninggalkan tempat yang memberinya kenangan “buruk” ini dan Dia begitu merindukan suaminya sebagai pelampiasan atas kesalahan yang sangat disesalinya.
Sehingga begitu tiba di rumah, dia memeluk suaminya penuh kerinduan. Tentu saja suaminya sangat bahagia melihat istrinya datang setelah seminggu berpisah. Dan malamnya setelah anak-anak tidur mereka melakukan hubungan suami istri.
Fatma begitu bergairah tidak seperti biasanya, dia demikian aktif mencumbu suaminya. Hal ini membuat suaminya aneh sekaligus bahagia, aneh… karena selama ini suaminyalah yang meminta dan merangsangnya sedangkan Fatma lebih banyak mengambil posisi sebagai wanita yang menerima, tapi kali ini sungguh beda…
Fatma begitu aktif dan bergairah. Tentu saja perubahan ini membuat suaminya sangat bahagia, suaminya berfikir… baru seminggu tidak bertemu saja istrinya sudah demikian merindukannya sehingga melayani suaminya dengan sangat bergairah.
Dan akhirnya suaminyapun tertidur bahagia Namun, lain yang dialami suami, lain pula yang dialami oleh Fatma, malam itu Fatma begitu kecewa, Dia begitu bergairah dan berharap untuk meraih puncak bersama suaminya, namun belum sempat dia mencapai puncak, suaminya telah sampai duluan.
Suaminya mengecup bibirnya penuh rasa sayang, sebelum akhirnya tertidur pulas penuh kebahagiaan, meninggalkan dirinya yang masih menggantung belum mencapai puncak. Fatmapun melamun…… Terbayang olehnya peristiwa di hotel, bagaimana dia bisa mencapai puncak yang luar biasa secara berulang-ulang.
“Uhhh……”
Tanpa sadar dia mengeluh Di bawah alam sadarnya dia berharap kapan dia dapat kembali merasakan kepuasan yang demikian sensasional itu..? Namun buru-buru dia beristigfhar setelah sadar bahwa peristiwa itu adalah suatu kesalahan yang sangat fatal.
Namun….., kekecewaan demi kekecewaan terus dialami Fatma setiap kali dia melakukan hubngan suami istri dengan suaminya. Dan selalu saja dia membandingkan apa yang dialaminya dengan suaminya; dengan apa yang dialaminya waktu di hotel denganku.
Hal itu membuatnya tanpa sadar sering menghayalkan bersetubuh denganku pada saat dia sedang bersetubuh dengan suaminya, dan hal itu cukup membantunya dalam mencapai kepuasan orgasme.
Dan tentu saja kondisi seperti itu membuatnya tersiksa, tersiksa karena telah berkhianat terhadap suaminya dengan membayangkan pria lain pada saat sedang bermesraan dengan suaminya. Semakin betambah hari, godaan mendapatkan kenikmatan dan kepuasan dariku semakin besar karena dia tidak bisa mendapatkannya dari suaminya. Dan akhirnya dia menjadi sering merindukanku. Tentu saja hal ini merupakan siksaan baru baginya.
Itulah sebabnya, satu bulan setelah peristiwa di hotel, Fatma tidak terlihat membenciku. Bahkan secara sembunyi-sembunyi dia sering memperhatikan dan menatapku dengan tatapan penuh kerinduan.
Dia tidak marah lagi bila didekati olehku, bahkan dia tersenyum penuh arti bila bertatapan denganku. Hal ini tentu saja membuatku bahagia Namun perubahan itu, tidak membuat tingkah lakunya berubah.
Tetap saja Fatma menampilkan sosok wanita berjilbab yang anggun dan sholehah. Hingga pada waktu istirahat siang, dimana rekan-rekan sekantor sedang keluar makan siang, Aku mendekati Fatma yang kebetulan saat itu belum keluar ruangan untuk beristirahat dan dengan hati-hati aku berkata padanya
“Bu…, maaf saya atas kejadian waktu itu…!”
Aku berharap-harap cemas menunggu reaksinya…, namun akhirnya dia menjawab dengan jawaban yang sangat melegakan,
“Sudahlah Pak, itu semua karena kecelakaan…, saya juga minta maaf…, karena tadinya menganggap, itu semua adalah kesalahan bapak…., setelah saya pikir…, sayapun bersalah karena membiarkan itu terjadi…”.
Dan selanjutnya sambil tersenyum manis, dia mohon ijin padaku untuk istirahat makan siang. Dan meninggalkan diriku di ruangan itu. Sejak saat itu terjadi perubahan drastis atas sikapnya terhadapku, dia menjadi sering tersenyum manis padaku…, bisa diajak ngobrol olehku, bahkan kadang-kadang membalas kata-kata canda yang aku lontarkan padanya..
Tentu saja perubahan ini, menimbulkan pikiran lain pada diriku…, Ya… pikiran untuk bisa kembali menikmati tubuhnya…., tapi bagaimana caranya…?

Senin, 06 April 2015

cerita hot cewex bispak

 cerita hot cewex bispak


http://tokoobat55.blogspot.com/
Sebetulnyá untuk ápá sih máhluk yg bernámá perempuán itu diciptákán di muká bumi ini? Yá tentu sájá untuk dinikmáti oleh láki-láki. Bukánkáh setiáp cm tubuh perempuán itu sángát nikmát dán lezát untuk dinikmáti. Perempuán itu diciptákán untuk dicipok, dicupáng, dicumbu, diremás2, dibelái2, dirábá-rábá dán dientot! Ituláh sebábnyá perempuán punyá báráng yg námányá memek, yg sángát nikmát dientot kontol leláki. Náh jiká ádá perempuán báhenol, seksi, boháy, punyá toket besár, kulit mulus (tidák hárus putih yg penting mulus!) dán memek keset dll yg bikin horny tentunyá rugi bánget kálo dibiárkán lewát begitu sájá. Hárus bisá dinikmáti, bukán hányá dipándáng2 doáng sámbil menelán áir liur tápi kálo bisá yá dicipok, dicumbu sámpái dientot, terus dientot sámpái puássssss!



Sebágái leláki sejáti yg sehát, normál dán punyá hásrát libido yg tinggi tentunyá sángát senáng ngentot memek perempuán. Kebetulán áku punyá wájáh yg gánteng, body yg átletis, tenágá kudá, hásrát libido yg tinggi dán yg páling penting punyá kontol yg kerás, besár dán pánjáng (káláu lági konák/ereksi), kontol yg káyák gini yg sángát disukái oleh perempuán. Tidák susáh utk mengáják perempuán utk bercintá. Toh perempuán pun menikmáti hubungán seks itu. Entáh sudáh berápá bányák memek yg merásákán kejántánán ku itu, entáh sudáh berápá bányák tubuh perempuán yg áku nikmáti dán sudáh berápá bányák peráwán yg menyeráhkán máhkotá keperáwánánnyá kepádáku. Sudáh tidák terhitung. Mungkin sudáh belásán! Hmm rásányá nikmát, lezát dán bánggá melihát wájáh perempuán yg lági terángsáng dán pásráh sudáh tidák peráwán lági. Memek peráwán itu rátá2 sempit dán keset! Káláu seláput dárányá sudáh dijebol, umumnyá ádá dáráhnyá báhkán ádá yg sámpái berdáráh bányák sekáli, sámpái2 hárus dibersihkán dulu sebelum dientot lági námun ádá jugá yg tidák berdáráh sámá sekáli meskipun áku táhu betul, memek itu másih peráwán dán belum pernáh dientot sebelumnyá. Mungkin emáng sudáh sobek sebelumnyá ketiká terjátuh, máin sepedá átáu máin loncát táli wáktu kecil dulu.

Mácem-mácem deh memek perempuán itu. ádá jugá memek perempuán yg básáh (becek) dán kering. ádá yg másih keset wáláupun sudáh tidák peráwán lági námun ádá jugá memek yg sudáh ámbrol, sudáh tidák ádá jepitánnyá lági. Bárángkáli memek itu sudáh dilewáti bányák kepálá báyi yg besár2 dán tidák pernáh diráwát. Memek yg sudáh ámbrol itu tentunyá sudáh tidák enák dán tidák ádá rásányá dientot!

Kárená hobbyku bercintá máká hámpir dálám setiáp kesempátán áku selálu berusáhá mencári mángsá buruánku, perempuán2 yg seksi, untuk kunikmáti tubuhnyá dán biásányá dálám setiáp lingkungán ádá sájá perempuán yg bersediá menyeráhkán tubuh seksinyá bulát-bulát untuk kunikmáti. Seperti káli ini, di ácárá penyelámán di kepuláuán Seribu oleh Club Diving, beberápá wáktu yg lálu, seláin áku jádi instruktur selám membántu pák Mário, mátáku pun dengán liár mencári-cári mángsá, perempuán-perempuán báhenol, untuk kunikmáti tubuhnyá. áku senáng di club diving ini kárená seláin áku hobby menyelám, perempuán disini rátá-rátá cukup báhenol dán mereká sering memákái pákáián renáng átáu bikini yg memámerkán kemolekán tubuh mereká. Wuiihhhhh mátá rásányá sejuk dán nikmát bánget memándáng tubuh molek perempuán seksi.

ácárá penyelámán di Kepuláuán Seribu káli ini, bányák diikuti oleh pesertá perempuán (pesertá leláki tdk usáh dibáhás. Tidák penting!) yg punyá body seksi dán báhenol dán pádá ácárá briefing di kolám renáng Senáyán, mereká teláh dátáng dgn pákáián renáng dán bikini mereká másing2. Tubuh2 perempuán molek dán seksi diumbár-umbár disitu. Diántárá bányák body seksi itu ádá seoráng pesertá perempuán yg punyá body yg bikin jákun leláki náik turun dán jántung leláki deg2án. Bodynyá betul2 seksi dán kulitnyá mulus bák porselen meskipun kulitnyá tidák putih tápi kecoklátán berkilát-kilát ditimpá sinár mátáhári. Kulit kecoklátán itu máláh membuát kesán mákin seksi dán pánás. Sudáh seják tádi iá curi-curi pándáng kepádáku dán mátányá melirik kebágián báwáh pusárku yg ditutupin celáná renáng ketát. áhá áku táhu, diá rupányá tergiur dengán kontolku yg pánjáng dán besár. Meskipun tertutupi oleh celáná renáng, tápi tonjolán kontolku másih terlihát jelás dán perempuán bisá membáyángkán seberápá besár dán pánjángnyá kontolku itu. áku sengájá memákái celáná renáng yg kesempitán, sátu nomor lebih kecil dári yg sehárusnyá, ágár celáná renáng itu menutup báráng vitálku dengán sángát ketát sehinggá kontolku másih menonjol. Dán celáná renángku itu sengájá áku pilih yg minimális, model segitigá, sehinggá beberápá helái bulu2 jembutku yg lebát bermunculán dipinggir-pinggir celáná renáng.

Sebetulnyá perempuán itu, námányá Mulán, sudáh ingin áku terkám námun sáyángnyá áku keduluán leláki láin. Rupnyá seláin áku jugá ádá leláki láin yg mengincár perempuán itu untuk dinikmáti tubuhnyá. Leláki itu ták láin dán ták bukán ádáláh pák Mário, ketuá perkumpulán dán átásánku sendiri di club itu. Busyeeeet dáh! áku hárus bersáing dgn átásánku sendiri. Diám-diám pák Mário jugá punyá hobby memángsá ánák-ánák buáhnyá sendiri. áku memutuskán untuk mengáláh. Káláu áku tetáp ngotot untuk mendápátkán Mulán, áku bisá berábe! Pádáhál club diving ini ádáláh sáláh sátu ládáng perburuánku yg páling bágus, kárená bányák ceweq seksinyá. Biárláh toh láin wáktu áku bisá memburunyá. Yg penting, sebetulnyá perempuán itu jugá punyá hásrát kepádáku. Tinggál tunggu timingnyá sájá yg pás!

Untuk menghápus kekecewáánku kárená tidák mendápátkán Mulán, ákupun mengálihkán perhátián kepádá perempuán láin. Dán ták lámá kemudián ádá perempuán láin yg jugá seksi dán báhenol yg berhásil kujerát. Námun terus teráng sájá, dibánding Mulán, ceweq ini kuráng seksi. áku másih sángát penásárán untuk mendápátkán Mulán. Kárená itu meskipun perempuán itu sudáh dálám pelukánku, dicumbu, dicipok dán dientot, áku selálu membáyángkán tubuh seksi Mulán, untuk mendongkrák gáiráh seksuálku. Dálám háti áku begumán ”Mulán, suátu sáát nánti káu pásti ákán kudápátkán! Dán áku tidák ákán membiárkán tubuhmu wáláupun hányá sejengkál!”
ácárá penyelámán berlángsung dengán sukses. Tidák ádá kejádián-kejádián yg buruk. Mungkin kárená persiápán yg sángát mátáng dán cuácá jugá sángát mendukung. Sáát itu hári sángát ceráh, láut sángát bersáhábát. Tidák ádá gelombáng láut yg tinggi átáu árus láut yg derás. Seluruh pesertá penyelámán sudáh tibá dengán selámát di dermágá áncol, Jákártá Utárá. Kámi semuá tibá di dermágá áncol ketiká hári teláh menjeláng tengáh málám. Suásáná rámái sáát itu kárená párá penjemput sudáh seják tádi menunggu dán sátu demi sátu mereká puláng dengán párá penjemputnyá.

Ketiká sátu per sátu párá pesertá meninggálkán dermágá itu, suásáná pelán-pelán menjádi sunyi. Hányá tinggál beberápá oráng sájá yg másih disitu menunggu penjemputnyá dátáng. áku melihát Mulán másih disitu. Támpáknyá diá másih menunggu penjemputnyá. Wáh kebetulán áku bisá mendekátinyá. áku lihát pák Mário másih sibuk mengátur kepulángán párá pesertá penyelámán láinnyá. Pásti pák Mário sudáh puás menikmáti tubuh Mulán. áku lihát tádi mereká diám-diám pergi ke suátu tempát dengán peráhu. Pásti disáná mereká teláh bercintá! Mereká mungkin tidák mendugá káláu áku tidák pernáh lepás memperhátikán sepák terjáng mereká disáná. Mereká teláh bercintá, bercintá di álám bebás dán liár! Sungguh nikmát! Seándáinyá sájá áku yg jádi pák Mário. áku memperhátikán disekujur leher Mulán yg jenjáng itu ádá bányák bekás-bekás meráh. Rupányá pák Mário mencupáng Mulán cukup bányák. áku lihát Mulán melirik-lirik ke áráhku dán ketiká áku bálás meliriknyá, iá purá-purá ácuh ták ácuh! Tidák sáláh lági, iá másih memendám hásrát kepádáku! Bágus! Ini suátu kesempátán yg báik untukku!

Málám merámbát semákin lárut. Ini sudáh mendekáti dini hári. áku lihát Mulán semákin gelisáh. Berkáli-káli iá melihát árlojinyá. Támpáknyá iá menunggu2 penjemputnyá yg tidák kunjung dátáng. Pák Mário melihát Mulán yg belum puláng-puláng jugá, iá segerá menghámpiriku.
”Fáhmi, tolong káu bántu kepulángán si Mulán. Kelihátánnyá penjemputnyá tidák dátáng.! áku ákán mengántár pesertá yg láin, kebetulán mereká rumáhnyá seáráh dengán rumáhku!” kátányá.
Kebetulán! áku jugá ingin bersámá Mulán. Tidák usáh dikomándo lági, ákupun mendekáti Mulán menáwárkán jásá mengántár puláng wáláu sáyá tidák táhu dimáná rumáhnyá. áku berlágák jádi páhláwán pádáhál áku punyá máksud2 tertentu pádányá. ádá udáng dibálik rempeyek eh sáláh, ádá udáng di bálik bátu!

”Belum puláng?”tányáku básá bási membuká percákápán. Sebuáh pertányáán yg tolol kárená iá memáng másih disitu.
”Iyá nih más, áku sudáh pesán temánku untuk menjemputku disini kemárin sebelum berángkát tápi diányá sekáráng tidák dátáng2. áku telpon ke hp-nyá tidák dijáwáb.” kátányá mánjá. Iá memánggilku dengán sebután más, sebuáh sebután yg terdengár mesrá dán mánjá.
”Diá temán cowoqmu?”
”Ooh bukán. Temán sátu kos! Káláu sudáh terlálu málám nánti pintu kosnyá dikunci sámá yg punyá rumáh! áku tidák bisá másuk!”

Syukurláh! Iá tidák dijemput oleh pácárnyá. Sepertinyá diá tidák punyá pácár. Káláupun iá punyá pácár, pásti pácárnyá ákán sewot melihát bányák bekás cupáng di lehernyá. Sepertinyá Mulán ádáláh perempuán yg bebás merdeká. áku jádi lebih mudáh untuk mendekátinyá.

”Temánmu itu káyáknyá tidák dátáng! Ini sudáh tengáh málám. Bágáimáná káláu sáyá ántár puláng! Kebetulán sáyá báwá mobil! Kásihán kán melihát kámu puláng sendirián. Málám-málám begini lági!”

Sekejáp Mulán támpák sángát senáng. Mátányá berbinár-binár menátápku. áku tidák táhu ápákáh iá senáng kárená áku máu mengántárnyá puláng átáu kárená iá ingin bersámáku. ”Yáng bener? Más Fáhmi máu mengántárku puláng? Rumáhku jáuh lho dári sini. áku tinggál di dáeráh Depok!”
”Gák másáláh! Sáyá kán páke mobil bisá pergi kemáná ájá. Lági pulá dáeráh Depokl tidák ámán málám-málám gini, ápálági untuk seoráng perempuán”jáwábku. Mulán pun tersenyum sumringáh. Wájáhnyá támpák sángát seksi dibáwáh terpáán sinár bulán málám itu.

Singkát ceritá, Mulán ákhirnyá puláng bersámáku dengán menumpáng mobilku. Hátiku bersorák gembirá! ákhirnyá kesempátán yg kutunggu-tunggu dátáng jugá! Sepánjáng perjálánán puláng, áku tidák bisá berkonsentrási penuh menyetir mobil. Berkáli-káli áku melirik ke áráh Mulán, mengintip beláhán toketnyá yg besár mengintip dári bálik káosnyá yg tipis, ágák tránspárán dán berbeláhán dádá rendáh. Busyeeeet! Diá gák páke BH! Pák Mário pásti sudáh puás meremás-remás toket yg báhenol itu dán menghisáp puting teteknyá. Sebentár lági gilirán áku yg ákán meremás-remás toket itu dán menghisáp-hisáp putingnyá. Nikmát sekáli!

Mulán memáng senáng berpákáián seksi. Seláin senáng memákái báju átáu káos tipis dán berbeláhán dádá yg rendáh, iá jugá málás pákái BH. Dán málám itu, di dálám mobilku, iá jugá memákái hot pánt, celáná pendek yg sángát ketát, memámerkán páhányá yg mulus! Ketiká máu pindáh gigi, áku purá-purá kelupáán meráih tongkát perseneling dán merábá páhányá yg mulus. Mulán purá-purá tidák táhu. Seprtinyá iá senáng páhányá áku rábá-rábá. Lámá kelámáán áku jádi mákin horny. Bátáng kontolku jádi máking kerás, memánjáng dán membengkák. He he he mungkin bátáng kontolku lebih pánjáng, lebih kerás dán lebih besár dáripádá bátáng perseneling mobil ini. Mulán! Mulán! Siáp-siápláh, bátáng rudál ini sudáh siáp tempur. Sebentár lági káu ákán merintih-rintih keenákán kálo bátáng kontolku menembus memekmu yg hángát itu, he he he. Hmm káyák ápá yá memeknyá si Mulán itu? Hángát, becek, lembut, keset dán sempit? Pák Mário pásti táhu kárená iá sudáh puás menikmáti memeknyá!

áku sudáh tidák sábár lági! Káláu bisá tidák usáh menunggu esok hári tápi málám ini áku sudáh hárus dápát menjerátnyá dán mengájáknyá tidur gumánku dálám háti. Káláu ditunggu besok belum tentu áku ákán bertemu dengán diá lági. Málám ini ádáláh kesempátán yg sángát báik. Wáláupun kámi másih letih sehábis mengikuti kegiátán penyelámán, tápi sepertinyá kámi másih cukup fit untuk bercintá dgn gánás dán liár. Kini ápá ákálku untuk mencári álásán ágár iá máu kuáják ke átás ránjáng? Tibá-tibá áku dápát ákál yg jitu! áku segerá ungkápkán kepádá Mulán.

”Mulán, sekáráng kán sudáh sángát lárut málám. Sudáh hámpir pági máláhán. Káyáknyá kos kámu sudáh dikunci. Percumá kálo áku ántár kámu kesáná kámu jugá tidák bisá másuk. Bágáimáná kálo málám ini káu mengináp di tempátku sájá.” áku purá-purá berbáik háti menáwárkán penginápán kepádá Mulán.

Mulán tidák segerá menjáwáb. Iá berpikir sebentár dán támpáknyá tertárik dengán usulku.
”Hmm boleh jugá! Tápi áku tidák enák dgn keluárgámu. Mungkin isterimu ákán keberátán káláu áku mengináp di rumáhmu kárená áku kán perempuán.”

áku máu tertáwá terbáhák-báhák mendengár kátá2nyá. Isteri? Wáláupun áku sánggup mencári isteri námun sámpái sáát ini áku másih senáng hidup bebás tidák terikát oleh perkáwinán. Sáát ini perkáwinán bágiku ádáláh suátu ikátán yg membátási kebebásánku.
”Oh jángán kuátir! áku tidák punyá istri. Rumáhku cukup besár lági pulá áku sekáráng tinggál sendirián. Yg ádá hányá seoráng pembántu. áyáh dán ibuku sedáng ke áustráliá menengok ádikku yg sekoláh disáná! Káu bebás di rumáhku. Bágáimáná? Setuju kán mengináp di rumáhku málám ini? áyoláh, jángán málu2. Ini demi kebáikánmu jugá kán? Lebih ámán káu ádá di rumáhku dáripádá kámu terkunci di luár rumáh kos.”

Lebih ámán? He he he bukánkáh áku ini ibárát buáyá dárát yg siáp menerkám mángsányá? Yg tengáh membujuk mángsányá untuk dijebák dibáwá ke sárángnyá? Jiká Mulán puláng ke rumáh kosnyá, kemungkinán iá tidák jádi mángsá buáyá dárát sepertiku ini.

Tidák susáh untuk meyákinkán Mulán kárená álásánku sángát másuk ákál! Iá pun tersenyum mengángguk-ángguk sámbil memándáng ke áráhku tándá iá setuju. Horeee! Hátiku bersorák! Hámpir2 áku tidák dápát menyembunyikán perásáán senángku málám itu. Mángsá yg empuk dán lezát sebentár lági ákán kunikmáti!

áku segerá membelokkán mobil menuju ke áráh rumáhku. áku menginják pedál gás kuát-kuát mempercepát lájunyá mobilku wáláupun jálánán málám itu sángát lengáng. áku sudáh tidák sábár ingin segerá sámpái di rumáh. Bukán kárená áku mengántuk ingin cepát2 tidur, bukán pulá áku merásá letih ingin cepát2 beristiráhát di rumáh tápi ingin cepát-cepát bercintá dgn Mulán di rumáhku, di ránjángku yg hángát dán empuk! Dimáná sudáh bányák perempáun yg kuseret disáná untuk bercintá dengánku. Kámi pun lálu tidák berkátá ápá2 lági tenggelám oleh pikirán másing2. Entáh ápá yg ádá dibenák Mulán sáát itu. Mungkinkáh iá memikirkán diriku?

Singkát ceritá, sámpáiláh kámi di rumáhku. áku segerá bisá másuk ke dálám rumáh kárená áku selálu memegáng kunci rumáhnyá, jádi tidák perlu membángunkán si pembántu. áku pun menurunkán Mulán di terás depán sementárá áku segerá menyimpán mobil kesáyángánku ke dálám gárási yg terleták di sámping rumáh. Támpák Mulán mengágumi rumáh ortuku yg besár dán megáh. Máklumláh, ortuku ádáláh mántán pejábát tinggi di másá orde báru, sekitár sepuluh táhun yl. Tidák herán ortuku mámpu membeli rumáh yg begini megáh dán mewáh!

Seteláh beres menyimpán mobil áku pun membimbing Mulán menuju kámár tidur yg tersediá untuk támu-támu. Sesámpáinyá kámi di dálám kámár áku segerá mengunci pintu kámár tidur itu dári dálám. Kámár tidur itu sángát besár dán luás, dihiási ránjáng tidur yg besár, empuk dán mewáh. Kámár tidur itu memiliki kámár mándi di dálámnyá. Kámár tidur itu dihubungkán oleh sebuáh pintu menuju kámár láinnyá, yáitu kámár tidurku. áku sering menyelináp dári kámár tidurku melálui pintu itu utk menemui perempuán yg áku báwá ke rumáh dán bercintá dengán hot, gánás dán liár di átás ránjáng. Tidák járáng pejuhku (áir máni/spermá), cáirán memek, dáráh peráwán átáu kondom2 bekás pákái, celáná dálámku, BH átáu celáná dálám wánitá, pembálut wánitá bercecerán menodái sprei, sárung bántál, tirái jendelá, kolong ránjáng báhkán wállpáper dinding kámárku kárená sáking hotnyá kámi bercintá. Pembántuku yg sudáh tuá itu sudáh cukup máklum dengán tingkáh poláhku itu dán diá selálu tutup mulut tentáng hál itu kepádá keduá ortuku. Dengán sábár iá membersihkán semuá bekás-bekás percintáánku itu sebelum dipergoki oleh keduá ortuku. Ortuku tidák táhu sámá sekáli kejádián itu, mereká hányá táhu áku seoráng ánák leláki yg báik-báik dán tidák bányák tingkáh. Kárená itu mereká sángát memánjákánku. Mereká hányá merásá herán mengápá áku tidák kunjung menikáh wáláupun mereká táhu pácárku bányák dán sering dikelilingi oleh ceweq2 cántik dán seksi. He he he ándái sájá mereká táhu busuknyá áku ini!

”Náh Mulán ini kámármu! Kámu bisá istiráhát disini. Ini kámár mándinyá káláu2 kámu ádá perlu ke kámár mándi. Sáyá sáránkán sebelum tidur sebáiknyá kámu mándi dulu. Sudáh ádá sábun, sámpoo dán áir hángátnyá. Kán enák káláu tidur dengán tubuh yg bersih” kátáku sámbil menyeráhkán hánduk dán kimono mándi kepádányá.

”Oh iyá terimá kásih” kátányá sámbil menerimá hánduk dán kimono mándi itu.”Sepertinyá enák sekáli yá málám-málám gini mándi dgn áir hángát!” kátányá.

áku pun segerá meninggálkán Mulán sendirián di kámár itu dán pergi ke kámárku melálui pintu itu. Námun sesámpái di kámárku, áku buru2 mengintip ke lubáng kunci pintu penghubungku. Kulihát dengán sántáinyá Mulán melepáskán sátu per sátu pákáián yg másih melekát di tubuhnyá sehinggá iá kini telánjáng bulát. Tubuhnyá yg báhenol támpák sángát indáh. Betis káki dán pinggángnyá yg rámping, perutnyá yg rátá, pántátnyá yg berisi, toketnyá yg kecil námun kecáng támpák menyembul dári dádányá. Kulitnyá mulus kecokálátán. Rámbutnyá yg hitám legám tergerái melewáti báhunyá. Bulu2 jembutnyá yg hálus tumbuh menghiási memeknyá. Iá bágáikán dewi cintá yg báru turun ke bumi. ááááh álángkáh enáknyá jiká memek itu dientot!

Tibá-tibá áku menyesál tidák membáwá kámerá photo untuk mengábádikán sáng dewi cintá itu. Ooh áku segerá ingát! Dulu áku pernáh memásáng kámerá di berberápá sudut kámár itu untuk merekám ádegán percintáánku dgn beberápá perempuán di kámár itu untuk kenáng2án. Kámerá itu belum diáktifkán. áku tidák boleh lupá mengáktifkán kámerá kárená áku tidák máu ádegán percintáánku dgn Mulán yg hot itu berlálu begitu sájá. áku segerá mengecek keádáán kámerá itu dán syukurláh semuányá másih terpásáng dgn báik dán siáp untuk diáktifkán. Sekáráng áku tinggál menunggu iá másuk ke kámár mándi sebelum áku menyelináp ke dálám kámárnyá.

Dengán tubuh yg másih telánjáng bulát, Mulán melángkáh dengán ánggun ke dálám kámár mándi. Kákinyá támpák rámping bák sepásáng káki menjángán. Pántátnyá yg seksi bergoyáng-goyáng kekiri kekánán ketiká iá melángkáh membuát áku semákin bernáfsu. Mulán rupányá tidák sádár ádá sepásáng mátá yg tidák puás-puásnyá menátáp pemándángán yg indáh itu. Iá lálu memutár knop showernyá kemudián áir hángát menyembur dári shower membelái-belái tubuhnyá yg mulus.

Mulán mándi dengán sántái sepertinyá iá menikmáti betul mándi dgn áir hángát. áku pun cepát-cepát pergi mándi jugá. Selesái mándi áku segerá menyelináp ke dálám kámárnyá. Kudengár sáyup-sáyup Mulán bersenándung dgn merdu dári bálik koták showernyá. Lálu dengán tubuh yg telánjáng bulát dgn rudál yg siáp tempur, áku diám-diám menyelináp másuk ke dálám kámár mándi. Kámár mándi itu memáng tidák bisá dikunci jádi áku dengán bebás bisá másuk ke dálám kámár mándi itu. Iá berdiri sámbil mengusáp-usáp rámbutnyá membelákángiku, tidák sádár báhwá áku sudáh ádá di belákángnyá dgn keádáán yg sámá polosnyá, telánjáng bulát!

”Oooh..” iá menjerit káget ketiká iá merásákán ádá sepásáng tángán memeluk dirinyá dári belákáng. Iá lálu merintih-rintih tertáwá kecil kegelián ketiká áku mencium leher, tengkuk, dáun telingányá dán báhunyá. Iá sámá sekáli tidák máráh báhkán támpák senáng ketiká áku dátáng memeluk dirinyá dári belákáng. ”áduuh más Fáhmi kiráin siápá! Bikin káget sájá!” jeritnyá dengán mánjá!

Hmm bukán máin. Meskipun iá sudáh menyirámkán áir hángát di sekujur tubuhnyá, áku másih bisá mencium báu tubuhnyá yg hárum. Báu tubuhnyá yg hárum itu membuát áku semákin terángsáng dán bernáfsu utk bercintá dgn diá. Mulán memáng perempuán luár biásá. Pántás sájá pák Mário játuh bertekuk lutut pádányá. áku pun sudáh mulái mábuk kepáyáng kepádányá!

Tubuh Mulán menggelinjáng kegelián ketiká tángánku merábá-rábá tubuhnyá. Iá pun segerá menángkáp keduá tángánku yg jáhil dán menuntunnyá untuk merábá-rábá dán menjelájáhi dáeráh-dáeráh sensitifnyá. Tángánnyá menuntun jári jemáriku untuk meremás-remás sepásáng teteknyá yg kenyál dán pádát, lálu menelusuri perutnyá, páhányá dán másuk ke dáeráh vitálnyá, yáitu selángkángánnyá. Tángánku segerá menyibák bulu-bulu jembutnyá yg hálus dán lembut dán mulái memásuki lobáng memeknyá. áduuh memeknyá terásá hángát dán sempit. Pásti enák bánget nih káláu dientot. Ták lámá kemudián tángánku pun menemukán bendá yg páling sensitif dári memek perempuán yáitu kelitorisnyá. áku meremás-remás klitorisnyá. Mulán mengelinjáng, menggeliát semákin kerás semántárá mulutnyá mendesis-desis tándá iá merásá nikmát.

Sementárá di átás, áku mencium-cium leher, tengkuk, báhu dán bágián belákáng telingányá. áku pun mulái tidák sábár dán semákin bernáfsu. áku segerá membálikkán tubuh Mulán sehinggá tubuhnyá menghádápku. Sepásáng mátányá yg indáh menátáp lekát-lekát kepádá keduá bolá mátáku. Wájáhnyá sudáh memeráh, tándá iá sudáh horny áliás sudáh sángát terángsáng! Bibirnyá yg meráh dán ránum setengáh terbuká sementárá gigi geliginyá yg indáh tersembunyi di bálik bibirnyá yg seksi. Dengán penuh náfsu áku mecipok bibir itu, melumát-lumát bibir yg hángát dán ránum membásáh itu. Lidáh kámi sáling menjulur dán memilin-milin dálám mulut kámi. Mulán sekáráng tidák bisá mendesis-desis lági kárená mulutnyá sekáráng sudáh dilumát-lumát dgn gánás oleh mulutku.

Tubuh Mulán yg rámping itu lebih pendek dáriku. áku terpáksá ágák berjongkok ketiká ákán menghisáp toketnyá. áku menurunkán tubuhku sehinggá wájáhku tepát di depán dádányá kemudián dengán gánásnyá áku menggigit dán menghisáp-hisáp toketnyá yg sebeláh kánán, sedángkán tángán kiriku meremás-remás toketnyá. Seteláh puás, gántián mulutku menghisáp-hisáp puting toketnyá yg sebeláh kiri dán tángán kánánku dgn gánás meremás-remás toketnyá yg sebeláh kánán. Puting toket Mulán membengkák, mengerás dán memáráh ketiká iá jádi horny. Mulán menjerit-jerit tertáhán merásákán nikmátnyá toketnyá diremás-remás dán dihisáp-hisáp. Tángánnyá meremás-remás kepáláku dán menárik-nárik rámbutku. Semákin iá merásá nikmát, semákin kerás jeritánnyá dán semákin kerás pulá iá meremás-remás dán menárik-nárik rámbutku! áááh…Mulán!

Di báwáh pusárku, kontolku bágáikán rudál yg siáp ditembákkán, sudáh berdiri tegák dgn gágáhnyá, támpák kerás, besár dán pánjáng. Wáláupun áku sudáh tidák sábár ingin segerá bátáng kontolku memásuki lobáng memeknyá námun áku tidák segerá melákukánnnyá. áku mengosok-gosokán kepálá kontol yg mirip topi bájá tentárá itu, di depán memeknyá, mengesek-gesek lábirá máyorá dán klitorisnyá. Lábirá máyorányá támpák sudáh memeráh dán membengkák. Pembengkákán lábirá máyorá itu membuát memek menjádi mákin sempit dán menjepit kontol dengán mákin kerás sedángkán klitorisnyá sudáh membesár sebesár biji kácáng tánáh. Setiáp káli kepálá kontol menggesek-gesek klitorisnyá, tubuh Mulán menggelinjáng. Ingin mulutnyá berteriák sáking nikmátnyá námun mulutku tetáp melumátnyá membuátnyá tidák bisá bersuárá. Hányá tubuhnyá yg menggelinjáng dán bergetár dengán hebátnyá!

Puás menggosok-gosokán kepálá kontol di depán memeknyá, áku pun bersiáp-siáp untuk mengentot memek itu. Tángán kiriku dgn sigáp menyibák bulu-bulu jembutnyá dgn hálus dán membuká lábirá máyorá dán lábirá minorá memek itu sehinggá lobáng memeknyá terbuká semákin besár. Sedángkán tángán kánánku membimbing dán mengáráhkán bátáng kontolku untuk memásuki dán menembus memek itu.

Yák..pelán námun pásti kontolku memásuki lobáng memeknyá. ááhh…áku mendesáh pelán! Nikmát sekáli! Lobáng memek itu terásá hángát, lembut, keset dán sempit. Mulán pun menjerit tertáhán. Iá pun merásá nikmát dientot! áku segerá menekán lebih kerás pántátku ágár kontolku másuk lebih dálám kedálám lobáng memeknyá. Sátu..duá..tigá..ákhirnyá bátáng kontolku másuk seluruhnyá kedálám lobáng memeknyá. Tidák terbáyángkán betápá nikmátnyá ketiká kontolku másuk kedálám lobáng memeknyá. Bátáng kontolku seperti dijepit, diurut-urut, dán dipijit2 oleh tángán2 yg hálus, lembut, empuk dán hángát. Kontolku semákin terángsáng!áku táhu Mulán sudáh tidák peráwán lági jádi áku tidák merásákán ádányá seláput dárányá yg sobek dálám lobáng memeknyá di tembus bátáng kontolku. Hmm siápá yá leláki yg beruntung teláh merenggut keperáwánán Mulán? Peráwán átáu bukán, bágiku tidák másáláh, memek itu másih sángát nikmát dientot! Iniláh yg sering dibiláng oráng sorgá duniá! Memáng tidák terkirá nikmátnyá ngentot memek perempuán. áku sudáh tidák táhu lági bágáimáná Mulán. Sepertinyá iá tidák bedá dengánku, iá menjerit2 pelán dán tubuhnyá menggelinjáng hebát keenákán dientot.

Selánjutnyá, entáh bágáimáná, bárángkáli sudáh náluri, áku pun mengángkát pántátku pelán-pelán dán kemudián menghujám dengán kerás selángkángán Mulán sehinggá kontolku menusuk sedálám2nyá di dálám memeknyá. Setiáp áku mengángkát pántátku dán menghujámkán kontolku kedálám memeknyá, tubuh Mulán bergetár dán menggeliát dengán hebát diiringi suárá desáhán dán desisnyá. Kámi berduá seákán terbáng ke surgá kenikmátán duniáwi. Diám-diám áku merásá herán, lobáng memek Mulán yg támpák kecil dán sempit itu ternyátá mámpu menelán seluruh bátáng kontolku di dálámnyá tinggál sepásáng biji pelerku yg menggántung di depán memeknyá. Bátáng kontolku sudáh tidák kelihátán ditelán seluruhnyá oleh memek Mulán yg luár biásá itu pádáhál bátáng kontolku káláu sudáh eráksi támpák sángát pánjáng, besár dán kerás. áh..bárángkáli ini keájáibán memek perempuán. Jángánkán kontol yg pánjáng, besár dán kerás, kepálá báyi yg besár itu pun bisá lolos melewáti lobáng memek. áku belum pernáh melihát ádá kontol yg sebesár dán kekerás kepálá báyi meskipun itu kontol oráng negro átáu kontol oráng áráb yg terkenál pánjáng, kerás dán besár!

Kámi ákhirnyá ngentot dengán posisi berdiri ditengáh-tengáh sirámán áir shower yg hángát. Benár! Kámi ngentot dgn posisi berdiri. Ini ádáláh sáláh sátu posisi kesukáánku. Mirip-mirip dgn posisi misionáris, dimáná keduá tubuh kámi spt bersátu dán kámi bisá sáling memándáng wájáh kámi. Bedányá posisi ini dilákukán sámbil berdiri bukán sámbil tidurán. Keuntungán posisi ini, si perempuán tidák hárus menáhán bebán berát bádánku. Untuk memudáhkán kontolku másuk ke dálám memeknyá, áku hárus membuká selángkángánnyá lebár-lebár, untuk itu sáláh sátu káki Mulán áku ángkát sehinggá selángkángánnyá terbuká lebih lebár dán memeknyá dengán mudáh dientot. Berkáli-káli áku menggenjot pántátku menghujámkán kontolku dálám-dálám ke lobáng memeknyá. Berkáli-káli pulá Mulán mendesáh tertáhán.

Entáh sudáh berápá lámá kámi ngentot, kirá-kirá mungkin sudáh sátu jám dán entáh sudáh berápá káli áku menggenjot pántátku, mungkin sudáh berpuluhán káli sámpái suátu sáát áku merásákán sudáh sámpái pádá klimáksnyá, menyemprotkán pejuh (áir mániku). áku pun menggángkát pántátku jáuh2 dán menggenjotnyá kerás-kerás! Yák!Kontolku pun másuk dgn kerás kedálám memeknyá. Mulán pun támpáknyá sudáh táhu báhwá áku sudáh hámpir mencápái klimáksnyá. áku menáhán kontolku jáuh di dálám memeknyá menunggu selámá beberápá sáát sámpái ákhirnyá…yák sátu, duá, tigá…áku pun mengeján dengán kerás! Croooot-crooooot! Croooot-crot! Crot! Crooot! Diiringi dengán jeritán tertáhán, kontolku menyemprotkán áir máni dlm memeknyá. “ááááhhhhh!” Tubuhku bergetár dengán hebát. áku seperti melepáskán bebán berát. Rásányá nikmát sekáli, tidák terkátákán. Entáh sudáh berápá bányák máni yg disemprotkán kontolku dán sudáh berápá jáuh áir máinku másuk ke dálám memeknyá! áku tidák táhu, yg áku rásákán áku merásá legáááá! Mulán pun merásákán hál sámá. Iá márásá sángát nikmát. Iá menjerit lepás dengán kerás! Tubuhnyá menggelinjáng dán memeknyá semákin sempit dán kerás menjepit kontolku…ákh betápá nikmátnyá! Iniláh puncák kenikmátán ngentot itu. Oráng sering menyebutnyá sudáh mencápái orgásme átáu ejákulási. Pádá leláki, ejákulási (keluár máni dári bátáng kontol) biásányá diikuti oleh orgásme (puncák kenikmátán seks) sedángkán perempuán orgásmenyá tercápái tidák selálu bersámáán dgn keluárnyá áir máni. Dálám suátu permáinán cintá, perempuán bisá sájá mengálámi orgásme berkáli-káli jiká pásángánnyá si leláki pándái merángsáng si perempuán. Mungkin Mulán sudáh mencápái orgásme berkáli-káli sebelum áku ejákulási kárená kulihát iá berkáli-káli mengeján dán menggelinjáng sertá mendesis-desis, mendesáh dán berteriák kerás. Kini áku táhu bágáimáná nikmátnyá memek Mulán dientot. áku rásá pák Mário pun merásákán hál sámá ketiká iá ngentot memeknyá Mulán!

Seteláh tercápái klimáks itu pelán-pelán tubuh kámi mulái mengendor. Kámi merásá sángát rileks! Kontolku jádi semákin lembek, kecil dán memendek sedángkán memek Mulán semákin kendor. áku dengán mudáh mencábut kontolku. Tubuh kámi sángát lemás bágáikán hábis beroleh rágá berát. Dengán lunglái Mulán menjátuhkán bádánnyá ke bádánku. Kepálányá játuh terkulái dibáhuku. Iá berbisik lemáh ditelingáku ”Más Fáhmi…Ooh áku merásá sángát báhágiá! Káu benár2 hebát! Benár2 jántán! áku márásá sángát puássssss!” desisnyá. áku sángát bánggá mendengár pujiánnyá. Sebágái perempuán, Mulán pun sungguh luár biásá!

áku sebetulnyá jugá merásá lemás jugá námun áku tetáp berdiri sámbil menáhán tubuh Mulán. Jiká áku tidák menáhánnyá, kámi bisá sámá-sámá játuh ke báwáh! Sejenák áku tidák táhu hárus berbuát ápá hányá berdiri memátung di báwáh sirámán áir hángát shower sámbil menáhán tubuh Mulán.
áku melihát ádá cáirán kentál keputihá2án perláhán-láhán keluár dári memek Mulán menembus bulu-bulu jembutnyá hálus dán lembut. Ituláh áir mániku yg meleleh keluár. Rupányá cukup bányák áir máni yg disemprotkán kontolku ke dálám memeknyá! Jári jemári Mulán yg lentik mengusáp-usáp cáirán máni itu yg sudáh bercámpur dengán cáirán memeknyá dán áir sirámán shower. Mulán kemudián mengisáp-isáp dán menjiláti jári jemárinyá yg berlumurán cáirán máni itu dengán nikmátnyá bágáikán ánák kecil sedáng menjiláti es krim kesukáánnyá seráyá iá bergumán ”Hmm áir mánimu sungguh hárum dán nikmát!”

”Oooh Fáhmi kitá ngetot lági yuk! Káu másih kuát kán? áku ingin ngentot lági!” bisiknyá setengáh memohon kepádáku. Rupányá iá merásá keenákán dientot tádi. Luár biásá! Dálám keádáán letih sehábis kegiátán penyelámán, iá másih mámpu meládeniku bercintá dgn liár. Seákán tidák ádá leláh-leláhnyá dán tidák ádá hábis-hábisnyá stáminányá, iá mintá dientot lági! Benár-benár kuát! Sánggupkáh áku meláyáni keinginánnyá?

Káláu máu jujur áku pun sebenárnyá sudáh cukup leláh! Tápi permohonán Mulán ádáláh sebuáh tántángán yg menggáiráhkán. Gengsi dong káláu áku menolák keinginánnyá hányá kárená áku sudáh tidák kuát lági. Sebágái perempuán, Mulán ádáláh perempuán yg luár biásá. Sehábis bercintá hábis2án dgn pák Mário di álám liár di támbáh dgn kegiátán penyelámán, iá másih kuát bercintá dgnku dán kini iá másih ingin bercintá lági. Perempuán ájá kuát másá áku yg leláki tulen dán gágáh perkásá hárus mányeráh káláh oleh seoráng perempuán? Tidák! ápápun itu áku tidák boleh menolák tántángánnyá untuk bercintá lági!

áku memondong tubuh Mulán keluár dári kámár mándi. Tánggánnyá bergeláyut mánjá di leherku.
”Más Fáhmi, máu káu báwá kemáná áku?” bisiknyá mánjá.
”Káu máu kubáwá ke átás ránjáng. Kitá bercintá lági disáná!” kátáku.
”Más, bádán kitá másih básáh! Nánti spreinyá básáh!” protesnyá.
”Gák ápá-ápá! Máláhán lebih nikmátkán bercintá dgn tubuh másih básáh!” kátáku. Memáng tubuh kámi másih básáh. Kámi belum sempát mengeringkán tubuh kámi dgn hánduk, tápi áku tidák perduli.

Tántángán Mulán untuk bercintá lági hárus kuládeni! Málu dong sebágái leláki perkásá, áku káláh dgn perempuán. áku tidák boleh káláh! áku hárus membuktikán báhwá áku másih gágáh perkásá!
áku melempár tubuh Mulán ke átás kásur diiringi teriákán kerás Mulán. Kásur itu dengán lembut memántulkán tubuh Mulán!

”áááw! áh más Fáhmi jáhát! Másák sih bádánku dilempár begini?” jeritnyá mánjá sámbil tertáwá-táwá. áku táhu diá sámá sekáli tidák kesákitán dilempár begitu.

Mulán terbáring di átás ránjáng. Iá kemudián bángkit dán memberi isyárát ágár áku menghámpirinyá. áku berdiri di tepi ránjáng. Iá pun kemudián duduk di tepi ránjáng dán menárik tubuhku ágár lebih mendekát lági. Tibá-tibá iá meráih bátáng kontolku yg tergántung. áku káget tápi kemudián tersenyum. Rupányá iá ingin máin-máin dengán kontolku. áku membiárkán sájá ketiká iá mengocok-kocok kontolku.

”ááááh! Yáááh! áduuuh nikmááát! Terusláh, lebih kerás lági yá lebih kerás lági kocokánnyá” áku berteriák-teriák penuh nikmát! Mulán semákin bersemángát mengocok-kocok bátáng kontol itu.

Puás mengocok2 kontolku, kemudián wájáhnyá menghámpiri kontolku dán dengán lembut iá menjulurkán lidáhnyá menjiláti kepálá kontolku. ”áááh! áduuh enák sekáli!” áku menjerit kegelián, he he bátáng kontol emáng sensitif dán yg páling sensitif ádáláh kepálá kontolnyá. Mulán memáng sángát lihái mempermáinkán kontolku dgn mulutnyá. Sepertinyá iá sudáh sángát berpengálámán pádáhál kutáksir usiányá másih begitu mudá, áwál duá puluhán námun diá sudáh begitu berpengálámán bercintá.

Lidáh Mulán másih menjulur-julur dán kini mulái menjilát-jiláti bágián báwáh bátáng kontol sámpái tibá pádá butir-butir biji peler yg tergántung di pángkál bátáng kontol. Bátáng kontol itu ditumbuhi bulu-bulu jembut yg keriting dán lebát. áku sámpái merem melek menikmáti beláián lidáhnyá. Ketiká jári jemárinyá yg lentik menyibák semák belukár jembut itu, tibá-tibá iá melotot! ádá setitik táhi lálát yg cukup besár di kulit di átás bátáng kontol. Mulányá tidák kehilátán kárená ditutupi oleh bulu2 jembut tápi ketiká jembut itu disibákkán báruláh támpák táhi lálát yg cukup besár!

”Hei…ádá táhi lálátnyá!” jerit Mulán.

áku tersenyum tidák berkomentár. ápá ánehnyá ádá táhi lálát di dekát bátáng kontol! Káláu áku sudáh beristri, táhi lálát itu bisá jádi másáláh besár káláu ádá perempuán láin yg melihátnyá tápi sekáráng gák másáláh kárená áku belum beristri. áku membelái-belái rámbut Mulán yg tumbuh lebát dán hitám legám itu sementárá Mulán másih ásyik menghisáp dán menjilát2 kontolku. Iá sudáh tidák perduli dgn táhi lálát itu.

“áww!” Tibá-tibá áku merásá sákit. Rupányá Mulán mencábut beberápá helái bulu2 jembutku!
”Hey..mengápá káu mencábut jembutku!” kátáku keheránán. Mulán tidák menjáwáb hányá tersenyum sájá memándángku dgn genit. Iá kemudián menyimpán bulu2 jembut yg dicábut itu.

ákupun tidák memperdulikánnyá lági dán kembáli ásyiik menikmáti hisápán mulut Mulán. Wáláupun mulut Mulán támpáknyá kecil dengán bibir yg tipis námun mulut itu mámpu menelán seluruh bátáng kontolku yg besár, pánjáng dán kerás. áku márásá sángát nikmát ketiká kontolku menyodok-nyodok mulut Mulán sámpái ke pángkál tenggorokánnyá.”yák..ááááh teruskán! Yááááh teruskán! Ooooh sungguh nikmát!” desisku.

Entáh sudáh berápá lámá mulut Mulán mempermáinkán kontolku. Seteláh puás máin-máin dgn kontolku iá lálu berbáring terlentáng dgn tubuh yg polos di átás ránjáng. Iá kemudián merenggángkán keduá kákinyá sehinggá selángkángánnyá terbuká lebár. Kini áku bisá melihát dengán jelás memeknyá Mulán. Selámá beberápá sáát áku tertegun memándángi pemándángán itu. Báru áku sádár ternyátá Mulán punyá memek yg indáh.

”áááááh Mulán! Memekmu sungguh indáh!” desisku sámbil menátáp tájám ke áráh selángkángánnyá. Memeknyá támpák membengkák kemeráh2án dihiási oleh bulu-bulu jembut yg tumbuh álámi diátás bibir memeknyá. Mulán hányá tertáwá mendengár komentárku. Dengán tángánnyá iá memberi isyárát ágár áku mengecup memeknyá. áku pun menyorongkán kepáláku ke dálám selángkángánnyá diántárá keduá páhányá yg mulus. Dengán sigáp Mulán menyámbár kepáláku dán membenámkán kepáláku semákin dálám di ántárá keduá páhányá. Mulutku pun ákhirnyá mengecup bibir memeknyá Mulán.

Mulutku mengecup bibir memeknyá Mulán bágáikán áku mengecup bibirnyá yg ránum sementárá keduá tángánku menyibákkán bulu jembutnyá ágár tidák menghálángiku mengecup memeknyá Mulán. Lidáhku pun terjulur másuk kedálám lobáng memeknyá dán menggelitik klitorisnyá.

”áááááh! Yá terus! Yá yá yá begitu! ááááh! Ooooh! ááááw! Teruskán lebih kerás lági! Yá yáááá! ááááááh!” Mulán menjerit-jerit keenákán ketiká lidáhku mempermáinkán klitorisnyá. Iá menjerit-jerit, tubuhnyá bergetár hebát dán kepálányá digeleng2kán kekiri kekánán. Iá merásá nikmát sekáli memeknyá dikecup.

Lábirá máyorá memek Mulán memákin membengkák dán memeráh, sementárá lidáhku merásákán ádá cáirán hángát yg keluár dári dálám lobáng memek. Ituláh cáirán pelumás memek. Biásányá ketiká ádá bátáng kontol yg keluár másuk lobáng memek itu, cáirán itu keluár melumási sekitár lobáng memek sehinggá tidák terjádi gesekán2 yg dápát menyebábkán iritási. Oráng menyebut memek becek átáu básáh pádá memek yg bányák memproduksi cáirán pelumás itu. Wáktu kontol keluár másuk memek sering kedengárán bunyi pluk-pluk kárená cáirán memek itu. Biásányá cáirán memek itu keluár káláu si perempuán sudáh terángsáng berát dán berárti memeknyá siáp dientot! Sedángkán memek yg punyá cáirán memek yg sedikit sering disebut memek yg kering! Biásányá sering ditámbáhin minyák pelumás dári luár supáyá kontol bisá bebás keluár másuk dán tidák membikin memek sákit. Perempuán yg diperkosá kárená tidák terángsáng, máká memeknyá tidák mengeluárkán cáirán pelumás dán memeknyá semákin mengkerut. Tápi kárená dipáksáin oleh si pemerkosá supáyá kontolnyá másuk lobáng memek itu máká seringkáli terjádi pendáráhán báhkán kádáng2 sámpái memeknyá sobek dán si perempuán merásá kesákitán! Kárená memeknyá Mulán dirángsáng terus, iá jádi semákin horny dán secárá otomátis cáirán memek itu keluár! Itu berárti memek Mulán sudáh siáp dientot lági.

áku lálu berdiri tepát ditengáh2 selángkángánnyá. Selángkángánnyá sudáh terbuká dgn lebár. Tángánku kiriku dgn sigáp membuká lobáng memeknyá lebih lebár lági sedángkán tángán kánánku memegáng kontol, membimbing dán mengáráhkán bátáng kontol supáyá dápát dgn tepát másuk ke dálám memeknyá. Tibá-tibá áku teringát untuk kemánán seks.

” Mulán, ápákáh áku hárus pákái kondom supáyá ámán?” kátáku. Beberápá perempuán yg bercintá dgnku memáng ádá yg memintáku ágár memákái kondom supáyá lebih ámán wáláupun áku lebih suká polosán sájá.

Mulán menggeleng sámbil berbisik ”más, áku gák máu ádá káret másuk ke dálám lobáng memekku!” Wáááh kebetulán! áku jádi semákin bersemángát lági Tánpá rágu-rágu lági, bátáng kontolku yg sudáh membengkák itu ku desákkán másuk kedálám memeknyá! ”ááááh! áduuuh!” Mulán merintih2 ketiká báráng kontol itu kembáli másuk menusuk ke dálám memeknyá. áááh sungguh nikmát! Memek itu terásá hángát, becek, sempit dán keset meskipun cáirán memeknyá membánjiri lobáng memeknyá.

áku bertámbáh hot menggenjot pántátku náik turun di átás selángkángánnyá. Meskipun begitu rásányá másih kuráng áfdol, máká áku pun merebáhkán diriku diátás tubuh Mulán menindihnyá. Dengán posisi begitu, kontolku lebih dálám menáncáp ke dálám memeknyá. Selánjutnyá, ádegán yg hot di dálám kámár mándi teruláng lági di átás ránjáng ini. Tubuhku di átás tubuhnyá, pántátku náik turun menggenjot selángkángánnyá sementárá kontolku keluár másuk dálám lobáng memeknyá. Sepertinyá tidák bisá digámbárkán bágáimáná nikmátnyá ngentot itu. Kámi mendesáh-desáh, menjerit-jerit penuh kenikmátán. Setiáp káli áku menggenjot pántátku, Mulán menjerit kerás-kerás. Kámi bágáikán terbáng ke átás áwán ke surgá kenikmátán duniáwi.

Kámi pun mencobá berbágái posisi ngentot. Ketiká tubuh Mulán diátásku sementárá kontolku menusuk memeknyá dári báwáh, máká áku menjerit kerás-kerás sáking enáknyá ketiká Muláng mengoyáng2kán pinggulnyá kesámping kiri kánán, kedepán dán belákáng átáu berputár-putár. Gerákán2 ini menciptákán sensási rásá nikmát yg luár biásá! Kontolku semákin terjepit kerás-kerás! Mulán memáng benár2 hebát! áku menjádi semákin terángsáng melihát wájáh Mulán yg kemeráh2án kárená horny. Keduá tángánku dengán sigáp meremás-remás keduá teteknyá yg kenyál itu.

Sudáh cukup lámá kámi ngentot, mungkin lebih dári sátu jám. Rásányá tidák ádá cápek-cápeknyá. Máká sámpáiláh titik klimáksnyá. Sebentár lági kontolku ákán menyemprotkán áir máninyá untuk yg keduá kálinyá seteláh di kámár mándi sementárá ku lihát Mulán sudáh berkáli-káli mencápái orgásme. Pántátku kuángkát tinggi2 lálu kuhujámkán kerás-kerás sehinggá kontolku menáncáp dálám2 di memeknyá. ”áááááckh!” Mulán mendesáh! Kemudián áku menáhán kontol itu tetáp di dálám memeknyá sámbil menunggu…sátu duá tigá..yák ákhirnyá dengán diiringi teriákán kerás, áku mengeján berkáli-káli dán Crot! Crooot! Crooot! Crot! Crooooot! Ták tertáhánkán lági kontolku menyemprotkán cáirán spermá dgn láncárnyá ke dálám lobáng memeknyá. ááááááh! Mulán! Mulán áááááh káu sungguh2 hebát! áááááh! áku berteriák legáááá! Mulán pun tidák káláh kerásnyá menjerit2 penuh kenikmátán! áku merásá semákin bertámbáh nikmát ketiká kontolku memáncárkán áir máni, memeknyá semákin kerás menjepit kontol itu. Yáááh iniláh sorgá duniá!

Kámi terdiám selámá beberápá sáát merásákán kenikmátán yg luár biásá. Lálu áku berguling dári átás tubuh Mulán. Kini kámi sámá-sámá terbáring terlentáng keleláhán. Másih telánjáng bulát. Kontolku sudáh tercábut dári memeknyá. Cáirán spermáku bercecerán di máná-máná, di átás perutnyá, di páhányá dán menodái káin sprei dán sárung bántál. Sáát itu kámi báru merásákán sángát leláh kárená seják puláng dári ácárá penyelámán kámi berkáli-káli bercintá terus tidák ádá henti2nyá mengumbár náfsu biráhi kámi. Tánpá sádár kámi tertidur keleláhán dán penuh rásá puááááás!

áku tersenták bángun ketiká sinár mátáhári yg menyelináp dári bálik tirái jedelá menyinári wájáhku. Rupányá hári sudáh menjeláng siáng. Ku lihát Mulán másih tertidur pulás memunggungi diriku. Másih telánjáng bulát. Rupányá iá benár2 keleláhán. Tibá-tibá áku teringát báhwá sore hári nánti áyáh dán ibuku ákán tibá di bándárá puláng dári kunjungánnyá di áustráliá. Wáduh bisá berábe káláu mereká menemukán diriku sedáng tidur telájáng bulát bersámá perempuán yg tidák dikenálnyá di kámár itu.

áku segerá membángunkán Mulán. Máká kámi segerá mándi lági, membersihkán segálá keringát, cáirán máni átáu cáirán memek yg mengotori tubuh kámi. Kámi pun segerá berbenáh dán segerá keluár dári kámár itu. Másih ádá tugás bágiku. áku hárus mengántárkán Mulán sámpái ke rumáh kosnyá dán memikirkán álásán ápá yg cukup másuk ákál ákán keterlámbátán ini. Tidák lupá áku pun memerintáhkán pembántuku untuk membersih semuá bekás-bekás percintáán kámi semálám di kámár itu, di dálám kámár mándi, di káin sprei dán sárung bántál, gorden jendelá, pokoknyá semuányá. áku tidák máu ortuku curigá átás perbuátán kámi di kámár itu.

Pengálámán bercintá dengán Mulán sungguh pengálámán yg betul2 luár biásá wáláupun bukánnyá untuk pertámá káli áku bercintá dgn perempuán cántik dán báhenol. Dán áku ákán selálu mengenáng pengálámán itu. Beberápá wáktu kemudián ketiká áku terkenáng-kenáng lági dengán Mulán, máká áku memutár kembáli rekámán video kisáh percintáán kámi di dálám kámár dán kámár mándi itu dán menyáksikán betápá gánás, liár dán hot-nyá kámi bercintá! ádákáh perempuán láin yg lebih pánás dán lebih hot dáripádá si boháy dán si báhenol Mulán? Dimánákáh diá sekáráng? Bágáimáná kábárnyá? Petuálángán cintá ápá lági yg dilákoninyá?